HN 25

709 109 19
                                    

Hesta tidak berharap Nata yang ada ketika ia membuka matanya sekarang tapi bukan berarti ia berharap Gaby yang hadir karena ada dua alasan yang tentu saja berbeda.

"Ta, lo okay?"

Suara Gaby yang pertama Hesta dengar setelah siuman. Hesta memang mengingat ia sempat pingsan tadi. Dia memang merasa badannya kurang fit sejak di Surabaya tapi ia tidak menyangka jika tubuhnya sudah selelah itu.

Gaby masih menatap Hesta dengan tatapan khawatir saat Hesta belum menjawab pertanyaan mantan kekasihnya itu. Tatapan khawatir itu sama seperti tatapan saat Hesta mengalami gejala tipes bukan tatapan saat mereka bertemu di hari Hesta seharusnya menemani Nata menemui pihak catering.

Dan memori di pikiran Hesta pun meluap membuatnya mengingat kejadian hari itu.

"Kamu pikir ini lucu?"

Hesta menatap Gaby yang dia temui di cafe dekat dengan Apartementnya dengan tatapan bingung.

"Jawab Hesta!"

Hesta menyeringai. "Kita baru ketemu lagi dan saya harus jawab pertanyaan kamu yang bahkan saya nggak tau konteksnya apa."

"Kamu pikir mainin perasaan aku kaya gini itu lucu?"

"Hah? Mainin gimana sih? Saya nggak pernah mainin perasaan kamu. Kamu satu-satunya yang mainin perasaan saya dan mengkhianati saya dengan menjalin hubungan bersama salah satu Winata."

"Salah satu Winata yang menjalin hubungan sama aku itu cuma kamu Ta..."

"Bullshit!"

"Kalau aku bullshit maka kamu yang terburuk Ta!"

"Terburuk apanya? Saya ngelakuin semua hal yang kamu mau termasuk gagalin pernikahan kita."

"Itsn't what I want Ta, but your mom..."

Hesta menyeringai sambil geleng-geleng kepala. "Bagaimana pun juga saya sudah tau sedikit soal rencana kamu hanya tinggal mencari sedikit lagi bukti."

Dan tanpa aba-aba Gaby langsung memeluk Hesta.

"Ta aku nggak rela kamu nikah sama perempuan nggak jelas Ta... Jangan siksa aku kaya gini... Ayo kita cari jalan keluarnya tapi jangan dengan cara kaya gini..."

Hesta mencoba melepaskan pelukan Gaby. "Perempuan yang kamu bilang nggak jelas itu punya nama By... Her name is Nata."

"Aku nggak peduli nama dia siapa Ta... Aku lebih peduli sama hubungan kita."

"But I care..."

Gaby terlihat terkejut mendengar kata-kata Hesta. Dia menatap Hesta dalam mencoba mencari jawaban yang belum Hesta ucapkan. Dan menemukan jawaban yang dia benci membuat Gaby ingin memastikan bahwa pendapatnya salah.

"Jangan bilang-"

"Yes, I think I'm starting to love her..."

Hesta tersenyum pada Gaby.

"Dan itulah alasan kenapa saya mau melanjutkan pernikahan saya dengan dia."

Dan kembali ke masa kini memang apa yang Hesta ucapkan saat itu pada Gaby tidak pernah berubah. Dia memang sadar yang kini dia cintai itu Nata.

"Aku nggak terima Ta... Harusnya yang kamu perjuangin itu kita..."

"Sorry By but no..."

Gaby menatap Hesta tajam. "Oke kalay itu mau kamu."

Hesta mencoba bernapas lega sebelum Gaby melanjutkan kata-katanya.

"Tapi sampai kapanpun aku bakal buat kamu sadar kalau satu-satunya perempuan yang kamu cintai di dunia ini cuma aku..."

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang