HN 06

617 150 36
                                    

Nata sudah mencoba menyibukkan dirinya dan mengalihkan perhatiannya tapi dia merasa hari jum'at terasa amat lama.

Nata menunggunya dan hal itu membuatnya jadi terasa lebih lama. Tapi tentu saja Nata tidak mau mengakuinya. Untuk apa menunggu hari jum'at? Pikir Nata.

Kalau dipikir-pikir kenapa Nata masih bersusah payah berurusan dengan keluarga Winata kalau pada akhirnya dia tidak bisa liburan ke Bali bersama sahabat-sahabatnya?

Nata masih belum berbaikan dengan Caitlyn jadi sudah dipastikan kalau ia harus melepaskan keinginannya itu.

Dan Nata merasa bodoh sendiri karena dia menunggu Hesta untuk menjemputnya.

"Nat belum pulang?" tanya salah satu rekan kerjanya.

Nata tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Belum mbak lagi nunggu jemputan."

"Cieee dijemput pacar kamu ya?"

Nata gelengkan kepalanya cepat. "Bukan mbak," sanggah Nata yang tentu saja dia tidak berbohong karena Hesta memang bukan siapa-siapanya Nata.

"Nggak apa-apa padahal nggak usah malu. Nggak akan mbak rebut juga Nat, lagian mbak punya pacar dan pacar mbak ganteng banget pasti pacar kamu kalah," sahutnya sambil terkekeh dan Nata ikut terkekeh memaksakan.

"Iya ya mbak..." kata Nata disela kekehan canggungnya.

"Sorry telat Nat."

Nata langsung menoleh ke samping sementara Hesta langsung berjalan ke hadapan Nata dan rekan kerja Nata yang kini sibuk menatap Hesta yang hari ini memakai baju koko modern berwarna putih.

"Yok pulang?"

Nata mengerjapkan matanya. Dia bingung sendiri.

Hesta baru pulang acara keagamaan dimana?

"Nat?"

"Ah iya, kalau gitu aku pu-" Nata hendak pamit pada rekan kerjanya itu tapi mata rekan kerjanya itu tidak lepas menatap Hesta yang malah sibuk menatap Nata.

Nata langsung tersenyum menyeringai lalu mengakak bicara rekan kerjanya itu.

"Hesta kalah ganteng ya mbak dari pacarnya mbak?" Kata Nata dengan nada pura-pura sedih.

"Eh? Nggak eh iya. Eh-"

"Aku pamit pulang duluan ya! Selamat menunggu pacar mbak yang ganteng itu ya!" Kata Nata yang langsung menarik lengan Hesta menjauhi rekannya itu.

Nata langsung masuk ke dalam mobil Hesta.

"Kamu ngapain pakai baju koko?"

"Ya jadwalku memang pakai baju koko tiap hari jum'at karena sekalian solat jum'at di masjid kantorku, kenapa?"

"Nggak apa-apa sih..."

Hesta mengangguk sementara Nata mencuri pandang pada Hesta yang sudah mulai memegang setirnya.

"Ganteng," gumam Nata pelan berharap Hesta tidak mendengarnya.

***

Awalnya Hesta hanya cukup menerima kembali paper bag pemberian Evelyn untuk Nata saat itu. Karena ternyata benar dugaannya kalau Nata akan mengembalikan barang itu pada Hesta tapi Hesta cukup terkejut karena Nata benar-benar sampai datang ke Kantornya.

Tapi melihat Nata kemarin memakinya dengan bahasa sunda dan membuat Hesta tertawa. Meluncurlah kata-kata janji Hesta untuk membawa Nata ke acara pernikahan kakaknya itu.

Entah karena cacian Nata, entah karena cacian sang kakak. Yang pasti Hesta benar-benar ingin membawa Nata kembali ke hadapan sang mama.

Dan itulah yang membuat Hesta kini berada di belakang setir mobilnya dengan Nata yang duduk di sampingnya.

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang