EMPAT

235 18 0
                                    

HAPPY READING!!




River menyandarkan tubuhnya ke tembok seraya menyilangkan kedua tangannya di dada. Matanya menatap kosong kearah taman. Bayang-bayang Laura terus saja menghantui pikiran River. Semenjak kematian adiknya itu, sebagian dari hidupnya hilang. Ia benar-benar sangat kehilangan salah satu penyemangat hidupnya dulu, adik kecilnya yang lucu, teman berbagi cerita, salah satu perempuan yang sangat ia cintai di dunia ini selain ibu mereka dan masih banyak posisi Laura yang tak bisa tergantikan oleh siapapun.

Luka dihatinya tak sebanding dengan luka ditubuhnya. Ada rasa penyesalan yang River rasakan. Seandainya waktu itu ia tidak meninggalkan Laura, mungkin saat ini Laura masih bersamanya. Berada disampingnya, menceritakan apapun tentang hal yang ia lakukan dan bermain petak umpet bersamanya.

Lalu mata River mengarah pada gazebo dengan gaya modern dan minimalis itu, serta terdapat samsak tergantung disana. Dimana gazebo itu letaknya ditengah-tengah taman yang tak terlalu besar, dan disamping terdapat kolam renang. Sangat nyaman untuk bersantai sehabis olahraga.

Ia melangkahkan kakinya menuju gazebo itu. Perlahan tangannya meraba samsak, sudah lama rasanya ia tidak melakukan latihan boxing.

River melepaskan kaos hitam polosnya, hingga menyisakan celana pendek, dan kini ia bertelanjang dada. Kemudian ia mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya sejajar dengan dada, matanya menyorot tajam kearah samsak hitam itu.

Bugh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Beberapa pukulan mendarat mulus di samsak itu. Kedua tangannya tak henti-hentinya memberikan bogem mentah, begitupun juga kaki jenjangnya. River terus memukul samsak itu, membayangkan jika itu adalah kepala keluarga dari keluarga Harrison. Siapa lagi kalau bukan Pedro Harrison.

Hati dan pikirannya kini berapi-api, emosinya pun tak stabil. Tanpa sadar keringat bercucuran didahi dan tubuhnya yang sixpack. Pukulan yang ia berikan pun menggebu-gebu seakan ia ingin melenyapkan siapa saja yang berada didekatnya.

"ARRGGGHH!!!!"

River berteriak seakan meluapkan emosinya. Seketika ia terduduk, dan tergambar jelas diwajahnya kini ia benar-benar kecewa pada dirinya sendiri. Ada rasa penyesalan terdalam, namun ia belum bisa membalas itu. Tubuhnya belum terlalu pulih untuk mengatur semua itu, apalagi ditambah jika ia harus bertemu dengan Hans dan anak buahnya.

River menundukkan kepalanya, mengepalkan tangannya lalu memberikan beberapa pukulan pada lantai gazebo itu.

"Udah ada samsak malah mukul lantai gazebo gue. Kalo rusak, lo ganti ya?" Suara Glenda tiba-tiba muncul dan membuat River berhenti, lalu menoleh ke belakang.

Glenda memutar bola matanya, kesal, "Lo kenapa lagi sih?" Tanya Glenda seraya menghampiri River dan duduk bersebelahan dengan River. River pun mengubah posisinya menjadi duduk.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang