EMPAT PULUH LIMA

157 8 7
                                    

Happy reading!!
Terdapat kata-kata kasar, mohon bijak dalam membaca!




Sepulang dari kampus seperti biasa Gray cs selalu nongkrong di kafe yang dekat dengan kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang dari kampus seperti biasa Gray cs selalu nongkrong di kafe yang dekat dengan kampus. Kafe itu sudah lama menjadi basecamp mereka, selain tempatnya yang nyaman dan makanan atau minumannya yang enak, kafe itu adalah milik keluarga Stefan. Jadi, mereka bisa lebih berlama-lama untuk bersantai atau menghabiskan waktu bersama di kafe itu.

Slice of Love, begitulah nama kafe itu. Sesuai dengan namanya, ada sepotong cinta dari pemilik kafe untuk pengunjung yang datang, memberikan yang terbaik walau dalam hal yang sederhana.

Pesanan yang mereka pesan baru saja datang, tak lupa cemilan kentang goreng sebagai cemilan kebangsaan mereka. Lengkap dengan minuman fruit punch yang segar untuk melepas dahaga di kala lelahnya seharian menjadi mahasiswa yang dipenuhi dengan kesibukan.

"Udah dengar kan beritanya?" Celetuk Trian tiba-tiba disaat Gray dan Stefan sedang meneguk minuman.

Gray dan Stefan mengangguk bersamaan.

"Menurut kalian siapa yang ngebunuh tu anak babi?" Tanya Stefan dengan nada santai, menatap satu persatu wajah kedua sahabatnya.

"Bunuh diri sih menurut gue." Tebak Stefan.

"Jangan-jangan musuhnya dia. Tu anak sialan kan banyak musuh. Atau gak rival bapaknya." Menurut Gray, dan seolah suasana berubah menjadi serius

Seketika hening beberapa detik, sampai akhirnya Stefan bersuara, "Gue dengar ya, teman-temannya Blake pada gak datang. Apa jangan-jangan teman-temannya yang ngebunuh dia, bisa jadi kan?" Tebak Stefan seolah-olah jika itu semua benar.

Gray mengulum bibir, menatap Stefan kemudian ia menggeleng.

"Kalau semua tebakan kita ini gak ada satu pun yang benar, terus tu anak mati karena apa? Jujur, gue masih penasaran sama dibalik kematian Blake. Aneh aja, kaya gak ada angin, gak ada ujan, tiba-tiba dengar kabar Blake mati. Gak masuk akal anjir." Celoteh Trian.

"Menurut Lo, apa kita cari tau aja tentang kematian Blake? Karna waktu pertama kali gue dengar berita itu, gue yakin suatu saat nanti bakal terjadi sesuatu antara gue dan kak Glenda. Gue takut kakak gue kenapa-kenapa." Saran Gray pada kedua sahabatnya.

Stefan menegakan posisi tubuhnya, "Lo mau cari mati Gray?! Kalo Lo yang kenapa-kenapa gimana? Mending tunggu kabar dari polisi." Tegas Stefan, ia juga khawatir dengan suasana ini.

Gray langsung menatap Stefan, "Polisi juga gak bisa nemuin apapun Stef, gimana bisa kita nunggu kabar dari polisi? Yang ada gue dan kakak gue celaka duluan." Kesalnya dengan nada yang lumayan menegas.

"Ya seenggaknya kita nyusun rencana lah, jangan asal main nyari tau kematian Blake. Salah-salah bisa Lo yang mati." Stefan juga tidak kalah kesal.

Trian langsung menetralkan suasana supaya Gray dan Stefan tidak beradu argumen. Karna kalau berdebat seperti ini, tidak akan menemukan solusinya.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang