DUA PULUH TUJUH

120 6 0
                                    

Happy Reading!!!




Selamat menikmati cerita ini :)

🔫🔫🔫

DARRR!!

Suara pintu itu terbanting begitu keras. Siapa lagi kalau bukan Damien pelakunya. Pedro hanya bersikap santai, begitupun dengan Blake. Tidak dengan Anna. Ia tau jika Damien marah padanya, karena Anna berusaha untuk membela Glenda dan Gray, sepupunya. Lebih tepatnya, sepupu yang tidak ada hubungan darah sama sekali.

"Damien," Panggil Anna, ketika Damien berjalan menghindari kontak mata dengan Anna.

Damien berhenti. Kesempatan itu Anna gunakan untuk menghampiri anak sulungnya itu. Berharap ia akan luluh jika Anna berbicara secara baik-baik.

"Nak," Ucap Anna halus, "Kamu masih marah sama mama?"

Damien sama sekali tak menatap wanita paruh baya yang ada dihadapannya sekarang. Ia sangat menghindari kontak mata dengan Anna.

"Mama minta maaf, mama harusnya-"

"Harus apa? Harus ngebela mereka didepan aku?"

Anna menggeleng pelan, "Bukan gitu, nak."

Kedua tangan Anna menggenggam kedua lengan Damien, namun Damien menolak. Laki-laki itu sepertinya benar-benar dalam keadaan marah dan kecewa. Hal negatif telah memengaruhi batinnya, hingga ia tidak bisa berbicara pelan pada Anna.

"Mama juga sih pake ngebela mereka segala. Sebenarnya anak mama tu siapa sih? Kita atau mereka?!" Sahut Blake tak kalah emosi.

"Mama gak ngebela siapa-siapa, Blake. Mama hanya gak mau kalau kalian melakukan hal yang merugikan. Apalagi itu tempat umum." Jelas Anna.

"Sudah-sudah, kenapa kalian malah seperti ini?" Pedro melerai, "Kamu juga Anna, hari ini hari spesial karena Damien ingin merayakan keberhasilannya. Tapi, kamu rusak karena ulahmu." Bukannya menyelesaikan masalah, Pedro malah menyalahkan Anna.

Jujur, Anna bingung bukan main. Bagaimana bisa ia disalahkan seperti ini. Sedangkan, ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Saya salah apa?" Anna berusaha ingin memperbaiki kesalahannya dengan menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu yang padahal ia jelas tidak melakukan apapun.

Ketiga laki-laki itu terdiam. Mereka sama sekali tak menanggapi pertanyaan Anna. Setelah beberapa detik, Damien melenggang pergi menuju kamarnya.

"Argh, malas banget dirumah, mending ke club." Ucap Blake pergi begitu saja seraya mengambil kunci mobil yang memang tergantung ditempatnya di ruang depan, sebelum ruang tamu.

Pedro menghela nafas kasar sejenak melirik kepergian Blake, "Liat tuh anak kamu," Kemudian ia pergi menuju kamar, meninggalkan Anna yang sekarang dalam keadaan diam menahan segala perlakuan suami dan anak-anaknya.

Anna terduduk lemas di sofa empuk berwarna coklat muda. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang bertumpu pada kedua pahanya.

Ia masih memikirkan dimana letak kesalahannya. Kenapa suami dan anak-anaknya tidak pernah mengerti perasaannya, kenapa ia selalu disalahkan, padahal Anna selalu ada untuk mereka. Namun, ini yang Anna dapatkan.

Detik itu juga, River keluar dari kamarnya. Niatnya ingin menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun, matanya menangkap sosok Anna yang sedang bersedih.

Tanpa memikirkan apapun, River menghampiri Anna. River tau, jika Anna sudah seperti ini, pasti ada hubungannya dengan suami dan anak-anaknya.

"Nyonya," Suara River mengagetkan Anna. Sontak, ia merubaj posisinya, dengan cepat menyeka air matanya.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang