DUA BELAS

149 10 0
                                    

HAPPY READING!!





Kebetulan besok hari libur, hari ini ku mau up lagi!

Selamat menyelami cerita ini, bantu aku vote dan komen sabi lah kawandd!

Hehe, laf yuh!










Selesai meeting dengan rekan bisnisnya di kafe, Pedro menyuruh River untuk mengantarkannya kembali ke kantor. Kebetulan, disamping River bekerja sebagai bodyguard pribadi Pedro, ia juga bekerja sebagai supir yang selalu mengantar Pedro kemana pun Pedro pergi.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, melewati kendaraan lain dengan mulusnya. Mobil sport abu-abu itu seakan menghiasi jalanan di siang hari yang cuacanya lumayan panas.

"Setelah ini, kamu boleh beristirahat River. Saya ingin bertemu dengan seseorang." Jelasnya, tapi mata Pedro tetap menatap gadget yang ia pegang, entah mengetik apa, "Kalau kamu mau membawa mobil, silahkan."

River hanya menatap tajam pada kaca spion tengah mobil untuk melihat Pedro, "Baik, tuan." Lalu, matanya kembali menatap kearah jalan.

"Oh iya," Ucap Pedro yang membuatnya kini menatap Pedro dari kaca spion tengah untuk menatap wajah River, terlihat wajah itu tanpa ekspresi, "Saya punya sesuatu untukmu. Saya akan berikan ketika kita sudah dikantor." Sambungnya.

Setelah dua puluh lima menit perjalanan menuju ke kantor, akhirnya mereka sampai.

Mereka berdua keluar dari lift. Pedro berjalan duluan dan diikuti oleh River yang selalu berjalan tanpa ekspresi, always cool Riv!

Pedro membuka knop pintu ruangannya, lalu setelah River masuk bersamanya, River kembali menutup pintu.

Pedro mengambil sesuatu dari atas nakasnya. Lalu, ia memberikan itu pada River.

River kebingungan, lalu tangannya meraih barang itu. Sebuah kotak yang didalamnya terdapat handphone baru yang diberikan Pedro untuk River.

"Saya tau, kalau kamu belum memiliki barang ini, kan?" Tanya Pedro.

River sedikit ragu, namun setelah itu ia mengangguk pelan.

"Saya sudah membelikanmu kartu, dan nomor saya juga sudah tersimpan disitu."

"Terimakasih, tuan."

Pedro lalu beralih mendekat ke meja kerjanya yang dimana terdapat sebotol kaca whiskey yang isinya sudah setengah botol. Ia pun membuka tutup botol kaca whiskey itu, dan menuangkan whiskey itu hingga setengah gelas kecil.

Diteguknya setengah gelas whiskey itu hingga tuntas, lalu beralih menatap River, "Sekarang kamu boleh keluar. Saya akan kabari kamu, ketika urusan saya selesai." Paparnya.

River mengangguk paham. Ia pun membalikkan badannya lalu keluar ruangan.

Saat River baru saja keluar, seorang pria paruh baya dengan pakaian serba rapi masuk ke ruangan Pedro. Mereka saling beradu pandang, membuat River sedikit menundukkan kepalanya, lalu pria paruh baya itu hanya tersenyum dan segera memasuki ruangan Pedro.

River mengurungkan niatnya untuk pergi dari tempat itu. Perlahan, ia menyandarkan tubuhnya di tembok berdekatan dengan pintu ruangan kerja Pedro. Lalu mendekatkan telinganya pada tembok untuk mendengarkan apa saja yang dibicarakan oleh Pedro dan pria itu.

Didalam ruang kerja Pedro, pria paruh baya itu berdiri tepat dihadapan Pedro. Ia memberikan sebuah flashdisk berwarna hitam pada Pedro.

Pedro pun meraih flashdisk itu dari tangan pria yang bernama Benjamin. Ternyata, selama ini Benjamin bekerja sama dengan Pedro dalam melaksanakan aksi jahat yang direncanakan oleh Pedro.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang