LIMA

233 13 0
                                    

HAPPY READING!!





terdapat kata-kata kasar, mohon bijak dalam membaca!






Gray melangkahkan kakinya dengan santai seraya menyusuri koridor kampus yang agak sepi. Beberapa mahasiswa sepertinya sudah pulang atau biasanya mereka berkumpul di taman dan perpustakaan.

Gray menuju ke Fakultas Ekonomi, kebetulan Fakultasnya, Fakultas Seni, berdekatan dengan Fakultas Ekonomi. Niatnya untuk menghampiri Stefan dan Trian yang sedang menghampiri pacarnya masing-masing yang kebetulan mahasiswa di Fakuktas Ekonomi.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia ingin menaiki tangga menuju lantai dua. Lengan Gray ditarik kasar oleh Blake dan membuatnya terdorong kebelakang.

"ANJIRRR!!" Sontak, Gray kaget bukan main.

Gray menatap tajam kearah Blake. Ia kesal sekali karena Blake selalu saja membuatnya hampir celaka. Sejak dulu, Gray dan Blake tidak pernah akrab. Karena ada satu dan hal lainnya yang membuatnya tidak pernah akur. Tidak akan pernah.

"Santai kali." Blake menjawab enteng seakan tidak melakukan apapun.

"Mau lo apa?!" Gray seolah menantang, walaupun nada biacaranya tidak tinggi, "Jangan mentang-mentang lo bawa teman, lo mau ngeroyok gue. Elahh, cupu, bisanya main keroyokan." Gray seakan tidak takut dan malah menampakan senyum smirk khas miliknya.

Blake berdecih, "Mulai berani sama gue?!" Blake mulai menantang seraya menggulung lengan kemeja abu-abunya sampai siku tangannya.

Gray melipat kedua tangannya di dada, "Siapa takut?" Sahut Gray dengan nada pelan namun tegas, ia memajukan tubuhnya hingga jaraknya sekitar lima belas sentimeter dari tubuh Blake, "Gue, gak akan pernah takut sama anak pembunuh kaya lo!" Suaranya yang pelan seakan menusuk hingga ke hati, dan membuat Blake naik pitam.

"BANGSATT!!" Blake murka, terlihat kedua tangannya mengepal hingga urat lehernya pun timbul, "Mulut lo anjirr! Lo kalo gak tau apa-apa jangan asal ngomong!"

Kedua teman Blake masih betah bediri di belakang Blake, memperhatikan Gray dan Blake sedang beradu mulut. Mereka berdua seakan-akan tidak ingin mengganggu perdebatan antara Blake dan Gray. Takut-takut jika mereka berdua menjadi santapan empuk bagi Gray maupun Blake yang sedang berapi-api.

Gray memutar bola mata, ia pun berjalan mengelilingi Blake yang sudah mulai kesal akibat omongannya tadi, "Kasian ya, mau nikmati kekayaan hasil dari merampas milik orang lain dulu. Hmm, gak takut karma apa gimana? Kalo gue sih gak bakal hidup tenang sih, eh, gue lupa, mereka kan gak punya hati. Aduh, kasian sih, ck ck ck."Lalu ia berhenti dan berdiri di hadapan Blake lagi.

Dilihatnya wajah Blake mulai memerah, terdengar suara dengusan kasar, "SIALAN!! MAKSUD LO APA NGOMONG GITU HAH?! KELUARGA GUE GAK GITU ANJING! KELUARGA GUE GAK MERAMPAS APAPUN!!! LO PUNYA MULUT DIJAGA!"

Dan seketika itu juga, tangan Blake berhasil memberikan pukulan keras pada wajah Gray, sampai akhirnya Gray tersungkur ke lantai.

Gray memegang pipinya yang masih berdenyut. Sakit, namun masih bisa ditahan. Ia pun bangkit berdiri, memasang wajah datar, "Segini doang?" Gray seakan mencoba menantang Blake, ia berhasil membuat Blake emosi, "Sini lo maju, one by one sama gue." Sahut Gray sambil membuang tasnya kasar dan sudah dengan ancang-ancang ingin menyerang.

Saat Blake ingin menyerang Gray, tiba-tiba Jordan, temannya, meraih lengan Blake, "Lo yakin mau duel sama dia disini? Ini kampus bro."

"Bodo amat! Gue mau kasi pelajaran sama ni anak."

"Eh," Sahut Gray, "Lo mau kasi gue pelajaran apa? Matematika? Bahasa Jerman? Spanyol? Atau...." Kata-katanya menggantung, membuat Blake mengernyitkan dahinya.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang