DUA

360 23 0
                                    

Cahaya matahari pagi masuk menembus tirai gorden berwarna abu-abu muda itu dan membuat River tersadar dari tidur nyenyaknya. Perlahan ia membuka matanya seraya memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing.

Shhh!

River merubah posisinya menjadi duduk. Matanya menerawang di setiap sudut kamar yang ia tempati sekarang.

"Ini dimana?" Suaranya begitu pelan, "Masa sih rumah sakit segede ini?" Tanyanya lagi pada dirinya sendiri.

Ia juga melihat jika pakaiannya sudah berganti menjadi pajamas hitam.

"Baju gue?" Pikirnya tambah bingung.

Akhirnya ia beranjak dari tempat tidurnya, dan melangkah keluar kamar. Matanya melihat sekeliling, namun tak ia dapati seorang pun disana. Sepi.

River pun menuruni anak tangga dengan keadaan masih sempoyongan, dan tangannya tetap memegangi pegangan yang ada pada tangga agar ia tidak terjatuh.

Saat berada di lantai bawah, ia mengedarkan pandangannya kembali.

"Udah sehat lo?" Suara perempuan itu mengagetkan River. Glenda Jackon.

Sontak River mencari sumber suara itu. Dan, mendapati seorang perempuan dengan pakaian rapi lengkap dengan blazer hitam sedang berdiri membuat sarapan di mini bar miliknya yang terletak tak jauh dari meja makan.

River pun menghampiri perempuan itu. Lalu Glenda menyuruhnya duduk, sementara itu, ia telah selesai menyiapkan sarapan dan membawa beberapa sarapan dan diletakkannya di meja makan.

Perempuan itu duduk menghadap River, "Gue udah siapin susu dan roti. Jadi lo tinggal sarapan aja." Katanya sedikit cuek.

River meneguk susu yang ada disampingnya, lalu kembali menatap Glenda.

"Ini rumah lo?" Tanya River kikuk.

Glenda yang tengah asik menyantap roti selai miliknya tiba-tiba terhenti, dan matanya menyorot tajam kearah River. Membuat River terdiam dan bingung. Bukan takut.

"Menurut lo?"

Glenda melanjutkan sarapannya yang sempat terhenti beberapa detik.

River mendengus pelan. Ia pikir ia akan menjadi penghuni jalanan jika ia tidak di selamatkan, atau mungkin akan menjadi santapan empuk bagi anak buah Hans, jika ia tidak segera di selamatkan oleh Glenda.

"Thanks."

Suara River yang kembali terdengar membuat Glenda mencoba untuk meresponnya kembali.

"Ya." Sahutnya singkat, "Simpan aja makasih lo itu, nanti kalo ada perlu baru dikasi lagi. Oke!"

River tersenyum tipis.

"Udah, habisin tuh sarapan lo. Nanti keburu dingin."

River mengambil beberapa potong roti dan yang ia oleskan dengan selai blueberry dan menyantapnya dengan lahap. "Oh ya, nama lo siapa?" River tiba-tiba nyeletuk.

"Glenda. Glenda Jackson."

River mengangguk, "Gue River Carter."

"Eh, by the way, kalo lo gak keberatan cerita, kenapa lo bisa babak belur kaya kemarin?"

River terdiam. Ia bingung, apakah ia bisa menceritakan hal pribadinya pada orang yang baru ia kenal beberapa jam ini. River masih sibuk mengunyah rotinya. Bagaimana caranya berbicara pada Glenda untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal yang begitu penting untuk diceritakan.

"Ya kalo gak mau cerita gak apa-apa sih. Gue juga gak maksa." Sahut Glenda masa bodoh seraya menyelesaikan sarapannya.

River menghela nafas kasar. Mungkin nanti ia akan cerita pada Glenda. Dipikir-pikir sepertinya Glenda orang baik. Tapi ia masih belum bisa menceritakan semuanya.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang