DELAPAN

170 16 1
                                    

HAPPY READING!!













Terimakasih untuk kalian yang sudah mau membaca cerita ini..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tunggu!" Anna meninggikan suaranya tepat di halaman kafe itu, sontak membuat Glenda menghentikan langkahnya yang berjarak sepuluh meter darinya.

Lalu Anna menghampiri Glenda, berdiri tepat di sampingnya. Glenda sama sekali tak menoleh kearah Anna. Menurutnya, ini akan membuang-buang waktunya. Mendengarkan permohonan maaf dari Anna, istri dari Pedro Harrison, seorang pembunuh licik.

Anna memandangi wajah Glenda dari samping. Tingginya hampir sama dengan Glenda. Namun, karna Glenda memakai heels, membuat Anna sedikit mendongakkan kepalanya. Tak lama air matanya menetes untuk kesekian kalinya. Perlahan kepalanya menunduk seraya menggenggam tangan Glenda. Disaat itulah, Anna bersujud disamping Glenda.

Glenda dibuat bingung dengan perlakuan Anna padanya saat ini. Sejenak ia menatap kepala yang sudah beberapa bagian berwarna putih itu, lalu mengalihkan pandangannya lagi.

"Saya mohon Glenda," Suara Anna terdengar terisak, "Saya ingin mengakhiri dendam ini. Kita satu keluarga. Keluarga tidak seharusnya saling dendam dan membenci." Ucap Anna lirih.

Dengan keras Glenda menarik kasar tangannya dari genggaman Anna, hingga membuat Anna tersentak.

Glenda memajukan langkahnya sedikit seraya membelakangi Anna yang masih bersujud di tanah. Ia seakan tidak perduli dengan orang-orang di sekitaran mereka yang menatapi mereka dengan penuh heran.

"Keluarga?" Glenda tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tangannya di dada, "Keluarga macam apa yang merampas milik saudaranya sendiri, hah?! Merampas yang bukan menjadi haknya, lalu membunuh dan menghilangkan bukti. Lalu, berlagak seperti orang yang tidak bersalah. Lantas, apa perbuatan itu masih harus dimaafkan?" Kata Glenda langsung membalikkan badannya, dan memandangi Anna yang masih pada posisi awalnya.

Terdengar suara Anna terisak.

"Bagaimana bisa saya hidup tenang, sedangkan pembunuhnya masih bergelimang harta dan hidup mewah diluar sana. Menikmati hasil rampasannya, memimpin usaha yang bukan miliknya, menjadi pemimpin yang dibanggakan orang-orang, dan.."

Glenda menarik nafas, mencoba mengontrol emosinya agar tidak berapi-api. Lalu, ia memajukkan langkahnya sampai pada tepat dihadapan Anna, "Dan, tidak semudah itu untuk menyelesaikan semuanya?"

"Saya harus melakukan apa supaya kamu mau memaafkan dan melupakan semua ini, Glenda?" Anna terus memohon seraya berdiri, "Saya cukup menderita hidup didalam keluarga saya sekarang."

Glenda memicingkan matanya, "Saya ingin keluarga anda melakukan seperti yang seharusnya dilakukan." Sahutnya tegas, "Dan, satu hal lagi. Sampai kapanpun, saya tidak akan melupakan apa yang sudah keluarga anda lakukan pada keluarga saya." Sambubgnya seraya mempertegas ucapannya.

Sebelum Glenda membalikkan badan, ia meregangkan jarak antara ia dan Anna, "Jika suatu saat akan ada pertumpahan darah, maka saya akan selalu siap. Karna nyawa harus dibalas dengan nyawa."

Lalu, Glenda melenggang pergi dengan anggunnya, meninggalkan Anna terdiam diposisinya.

Anna tidak menyangka, jika tidak semudah itu untuk mendapatkan maaf dari Glenda Jackson. Bagaimana pun juga, keluarga Anna tetap bersalah atas semua kejadian itu.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang