TIGA PULUH DELAPAN

122 5 1
                                    

Happy reading!!





Nikmatin ajalah ceritanya, karena udh lama gak up:)

🔫🔫🔫

Setelah bermunculan berita-berita mengenai kematian Sam yang tak hanya di media elektronik tapi juga di media sosial, banyak orang-orang diluaran sana yang mengenal Sam, khususnya rekan kerja Sam seolah tak percaya atas kematian pengusaha sukses itu yang bahkan bisa dibilang kematian Sam sangat tidak wajar. Ketika polisi sudah selesai menginvestigasi kematian Sam, ternyata kematiannya bukan karena bunuh diri melainkan karena ada seseorang dibalik kematian Sam. Terbukti ada beberapa bekas pukulan akibat benda tumpul di bagian belakang kepala, kedua lengan dan paha kanannya. Serta berupa lima tusukan di beberapa bagian tubuh lainnya dan terdapat satu tembakan di dahinya.

Satu bukti juga mengarah pada sebuah pisau dapur yang di duga polisi jika pisau ini digunakan untuk menghabisi nyawa Sam. Namun, sidik jari tak ditemukan pada pisau itu. Pelaku yang melakukan hal itu memang licik karena ia bisa menghilangkan jejak yang bahkan polisi belum bisa dapatkan sampai saat ini. Apalagi CCTV jalanan dan apartemen yang terpasang tak menandakan ada hal yang mencurigakan sebelum kematian Sam. Pihak keluarga Sam sangat berharap besar pada polisi agar bisa mengusut tuntas kasus ini.

"Apa yang sudah papa lakukan?" Damien menatap Pedro dengan serius.

Pedro menggeleng kecil seraya terkekeh, "Papa tidak melakukan apapun Damien. Semuanya itu takdir. Tak ada yang bisa melawan takdir, benar kan?" Ucap Pedro santai kemudian duduk di sofa ruangan kantor Damien. Sementara River menunggu diluar ruangan seraya fokus mendengarkan perbincangan antara ayah dan anak itu.

Damien yang merasa senang sekaligus sedikit khawatir menyandarkan tubuhnya di meja kerja seraya meminum wine yang tersedia diatas meja kerjanya, "Takdirnya cukup buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damien yang merasa senang sekaligus sedikit khawatir menyandarkan tubuhnya di meja kerja seraya meminum wine yang tersedia diatas meja kerjanya, "Takdirnya cukup buruk. Apa perlu kita rayakan?"

"Dengan senang hati. Papa juga sudah tidak sabar ingin menikmati semuanya, menguasai, dan mengelola apa yang sekarang sudah kita miliki."

Kemudian keduanya tersenyum.

🔫🔫🔫

River sengaja pulang cepat dan tidak ingin menemani Pedro untuk merayakan hal yang baru saja ia dapatkan, sebuah kemenangan yang ia ambil secara paksa dengan menghilangkan satu nyawa. Cepat-cepat River memasukkan beberapa bukti ke sebuah ransel yang akan ia bawa beserta beberapa baju-baju.

Perlahan ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan hati-hati dan jalan pun ia mengendap-endap agar tak satu pun mengetahui dirinya. Langkahnya untuk menuju keluar dari lorong itu hampir saja berhasil namun sebuah suara membuatnya berhenti. River menghela nafas sejenak agar tidak gugup dan orang itu tidak mencurigai dirinya.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang