EMPAT PULUH SATU

111 8 2
                                    

Keduanya duduk saling berdampingan di sisi tempat tidur, mata mereka sama-sama menatap kearah luar jendela. Terlihat secercah sinar matahari berhasil masuk menembus tirai putih dan seakan menyinari wajah mereka dengan kehangatan.

Keduanya diam sejenak setelah selesai berpelukan. River yang memang dingin dan akhirnya mulai membuka pembicaraan. River berdehem pelan dan membuat Glenda melirik sedikit.

"Gue minta maaf," Ucap River seraya menoleh kearah wanita yang kini ada disampingnya. Wanita yang benar-benar ia cintai sekarang.

Glenda menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum manis kearah River, "Gak apa-apa Riv. Gue tau Lo ngelakuin hal itu pasti ada maksudnya. Makasih ya?"

River mengerutkan dahinya, "Makasih buat apa?"

"Iya. Makasih karena udah ngejagain gue dari kejauhan. Gue tau Lo Riv, Lo gak segampang itu buat nyatain semuanya. Tapi dengan semua cara Lo buat ngejaga dan ngelindungin gue, itu udah cukup buat gue. Lebih dari cukup."

Tanpa diduga, Glenda mengecup pipi kiri River dengan singkat. Glenda senang melakukan itu, dan perlakuan Glenda pada River baru saja membuat jantung River berdegup kencang. Bahkan wajah River hampir memerah. River pun langsung salah tingkah.

Setelah kejadian itu, mereka terdiam beberapa detik.

"Gue bisa minta satu hal sama Lo?" Ucap River tiba-tiba dengan sorot mata yang serius.

Sontak Glenda menoleh, "Apa?"

"Jauh-jauh dari keluarga Harrison." Pinta River.

Glenda tau maksud dari perkataan River kali ini. Sejak dulu, Glenda memang menjauhi keluarga iblis itu.

"Lo tenang aja Riv, gue bisa jaga diri. Gue gak mau buat Lo terlalu khawatir sama gue. Karena gue tau Lo datang kesini karena Lo mau ngebalas kematian adik perempuan Lo. Dan karena kita punya misi yang sama, gue mau ngebantu Lo." Glenda dengan erat menggenggam lengan River.

River tersenyum.

Kemudian tangan River mengusap lembut kepala Glenda, "Lo mau kan sama-sama gue terus?"

Glenda mengangguk mantap.

"Tetap disamping gue ya, dan gue pastikan Lo akan baik-baik aja."

"Iyaaa River."

Akhirnya, setelah lama Glenda tidak melihat River tersenyum, kali ini Glenda melihatnya lagi. Sungguh rasanya seperti tidak nyata, tapi kali ini membuat Glenda benar-benar jatuh cinta pada River yang kesekian kalinya.

"Untuk sekarang mungkin kita gak bisa ketemu lama-lama. Gue gak mau ada hal lain yang menimpa Lo." Jelas River.

"Iya gak apa-apa Riv, gue ngerti. Gue yakin kita pasti bisa ngelewatinnya." Glenda tersenyum mencoba untuk menenangkan keadaan.

🔫🔫🔫

Damien melangkah cepat menuju ruangan pribadi Pedro yang memang sengaja Pedro buat ketika ia bekerja dirumah. Damien membuka kasar pintu itu dan dilihatnya kondisi pria paruh baya itu sudah sangat kacau. Kemudian, Damien menutup pintu dan menghampiri Pedro.

"Pa," Ucap Damien pelan setelah melihat kondisi Pedro yang begitu kacau.

Pedro terdiam dengan tatapan sinis, namun matanya sama sekali tak menatap wajah anak sulungnya itu. Tak lupa segelas wine yang masih ia pegang. Bahkan Pedro tak sadar jika sudah hampir menghabiskan satu botol wine. Perawakannya benar-benar membuatnya jauh dari kesan wibawa dari seorang Pedro Harrison. Ia benar-benar kacau, kecewa, marah, dendam bahkan hancur.

Seething With RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang