Sardinia, Italy
2014Sifra Maree
Rencana untuk perayaan ulang tahunku yang ke 21 tahun menjadi begitu luar biasa ketika Lily—sahabatku—memesan tiket untuk kami pergi ke Sardinia.
Luar biasa, bukan? Selain kami bisa merayakan ulang tahunku, kami bisa berlibur juga. Summer in Italy? It’s dream come true.
Selama empat hari ini, Lily dan aku tidak berhenti mengambil foto. Yeah, we took a lot. Like, a lot lot lot of photos. Karena aku masih tidak percaya bahwa aku ada di Italy.
“Oh, aku lelah sekali setelah seharian berjalan-jalan mengelilingi Porto Giunco. Aku tidak memiliki energi untuk berkemas pulang besok.”
Aku dan Lily pergi ke Porto Giunco—yaitu sebuah pantai yang terletak di Villasimus. Sekitar 40 km jaraknya dari Cagliari Elmas. Atau 2.4 km dari apartemen yang kami sewa.
Sayangnya, besok kami harus pulang. Hari ini—atau lebih tepatnya malam ini—menjadi yang terakhir kami di sini.
Aku tidak ingin pulang sebenarnya. Aku masih ingin di sini. Bahkan aku sudah merindukan pantainya.
“Lily, lebih baik kita berkemas sekarang.” Ujarku. “Kita sudah memiliki rencana untuk ke Phi Beach nanti.”
“Tapi—”
“No buts. Cepat berkemas semua pakaianmu.”
Lily memutar bola matanya dan dia menghela nafas dengan kesal. “All right. All right. Aku akan berkemas,” katanya. “Tapi bantu aku. Please. Please. Pretty please?”
Aku mendecak. “Baiklah. Aku akan membantumu.”
Karena aku sudah berkemas lebih dulu sebelum Lily, jadi aku tidak perlu khawatir lagi. Kini, aku membantu Lily untuk mengemasi barang-barang serta pakaiannya. Memastikan bahwa tidak akan ada yang tertinggal di sini.
Setelah selesai, kami—well, aku—membersihkan diriku secara bergantian. Kemudian kami merapihkan diri dan bersiap-siap untuk berpesta di malam terakhir kami.
Aku memilih sebuah pub di dekat sini. Phi Beach Disco. Sedari kemarin kami ingin ke sana, tapi tidak sempat dikarenakan kami sibuk berjalan-jalan mengitari Sardinia untuk membeli banyak souvenir dan berfoto.
Sesampainya kami di sana, Lily kembali menghela nafasnya. Kali ini dengan lega.
“This is it. I need booze!”
Aku terkekeh. “Ya, aku juga.”
Kami memesan Heineken dan melakukan cheers.
“Happy birthday, Sifra.” Ujarnya.
“Thank you, Lily. My best friend. The love of my life. I love you.”
Untuk beberapa menit kemudian, kami hanya berbincang dan menikmati minuman kami. Hingga akhirnya Lily beranjak meninggalkan tempat duduknya dan memilih untuk bergabung dengan perkumpulan orang-orang yang sedang berdansa. Nope, bukan berdansa. Lebih tepatnya menggerakkan tubuh mereka dengan begitu sensual.
Ya know, we’re in a pub.
Lily melambaikan tangannya padaku, bermaksud mengajakku untuk bergabung. Tapi aku menolak. Aku menggelengkan kepalaku dan mengatakan; “No,”
Akhirnya, Lily pun menyerah. Dia tidak memaksaku. Dia memfokuskan dirinya, menggerakkan tubuhnya dengan irama musik yang memenuhi pub ini.
“Hi,” secara tiba-tiba, seorang pria dengan aksen Amerika—aku tidak tahu ini Amerika bagian mana, entah Boston atau New York . . . well, I don’t know—menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...