Sifra Maree
Aku sampai di rumah pukul 1:43 p.m. dan aku segera membanting tubuhku pada sofa. Helaan nafas berkali-kali keluar dari mulutku. Karena aku lelah sekali. Aku berjalan kaki dengan menggunakan heels dari Railway Station hingga ke rumah.
Jaraknya lumayan jauh dan itu membuat kakiku sakit. Jadi aku lelah. Bahkan aku tidak tahu harus makan siang dengan apa. Hari ini aku begitu lelah, kurasa aku tidak akan memasak. Mungkin bisa delivery saja.
Aku mulai menutup mataku dan mencoba untuk tidur. Namun ponselku yang berdering membuatku mengurungkan niatku itu.
Aku mengambil ponselku yang ada di dalam tasku. Ketika melihat siapa yang menelepon, aku bingung. Karena tertulis di sini unknown number. Siapa, ya? Aku tidak mengenalnya. Tapi aku mencoba mengangkat panggilannya terlebih dahulu. Mungkin saja penting.
Kugeser tombol hijau dan menaruh ponselku di telingaku. “Hello?”
“Gwen Stacy.”
Darn it. Ini Jeon Jungkook! Dari mana dia bisa dapatkan nomor ponselku, ya?
Ah, aku lupa. Aku kan memberikannya daftar riwayat hidupku. Dan tentunya ada informasi mengenai data pribadi milikku di sana. Tentunya Jeon Jungkook tahu nomor ponselku dari sana.
“Sorry. Maksudku Sifra Maree.” Katanya. “Aku sepertinya sudah terbiasa memanggilmu Gwen Stacy. Jadi sedikit aneh jika memanggilmu Sifra Maree.”
“Ada apa kau meneleponku?”
“Begitukah caramu berbicara dengan boss-mu, Gwen Stacy?”
“Di luar jam kerja, kau itu bukan boss-ku dan aku bukan pekerjamu. Dan juga, stop calling me Gwen Stacy.”
“Kau sendiri yang membuatku memanggilmu Gwen Stacy!”
Aku mendecakkan lidahku. “Well, yeah, I know bahwa aku yang berbohong. Tapi kau sudah tahu alasannya kenapa. Jadi aku ingin kau berhenti memanggilku Gwen Stacy. I’m not Peter Parker’s girlfriend.”
“No, but you are my girlfriend.”
“What the fuck?”
“I’m joking. Jangan terlalu serius seperti itu astaga.”
Aku menghela nafasku—mungkin untuk yang ke seribu kalinya. “Oke, kau belum menjawab pertanyaanku. Ada apa kau meneleponku?”
“Nothing. I just want to hear your voice.”
“Jungkook—”
“Dan aku rindu bagaimana kau mendesahkan namaku, exactly like that while I fucked you hard.”
Aku memijat keningku. Kenapa dia harus mengatakan itu, sih? Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa.
Namun aku membasahi bibirku dan for god’s sake, untuk satu kali lagi, aku menghela nafasku. “Aku lelah sekali setelah berjalan jauh. Jadi aku ingin istirahat. Mari bicara besok saja di kantor. Oke?”
Kali ini Jungkook yang menghela nafas. Dengan kesal. “But I want to talk to you.”
“There’s nothing to talk about.”
“There is. About us.”
Aku menaikkan alisku. “Us? Jungkook, there’s no us—”
“Benarkah? Lalu bagaimana dengan malam di musim panas Sardinia waktu itu?”
“Kita sudah bahas ini tadi. Ya, aku masih memikirkannya. Aku masih mengingat semuanya dengan jelas. Dan aku juga masih memikirkanmu. Tapi, ya sudah, biarkan semuanya berlalu. Because clearly, you are married, Jeon Jungkook.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfic7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...