Bound To Happen

679 91 28
                                    

Sifra Maree

Jungkook mengantarku pulang setelah kami selesai menonton film. Aku melihat jam yang kupakai di tanganku. 22:26 p.m. Tentunya Lucas sudah tidur, bukan? I hope so. Jangan sampai Jungkook mengetahui tentang Lucas.

Kami keluar dari mobilnya dan kini berdiri di depan rumahku.

Kukatakan pada Jungkook, “Terima kasih telah mengantarku pulang.”

“No worries. And you are welcome.” Balasnya.

“Kalau begitu, aku akan masuk. Kau bisa pulang sekarang.”

Dia menganggukkan kepalanya. “Oke.” Namun sebelum aku bisa membuka pintu rumahku, Jungkook memanggil namaku. “Sifra.” Sehingga aku menoleh dan melihat matanya. Dapat kubaca dari tatapannya itu bahwa dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa.

Dan karena dia tidak bisa mengatakannya, dia pun menunjukkannya padaku.

Bibirnya menciumku.

Aku yang seperti tahu hal ini akan terjadi, mataku tertutup dengan perlahan-lahan. Dua kali Jungkook menciumku malam ini. Di mobil saat drive-in cinema dan sekarang.

Entah kenapa ciumannya begitu manis sehingga aku benar-benar menyukainya. Hal ini seharusnya tidak boleh dilakukan. Aku harus ingat bahwa dia sudah menikah dan mempunyai istri. Bahkan istrinya sedang menunggunya untuk pulang ke rumah.

Tapi Jungkook justru berada di sini—di depan rumahku, bersamaku—dan dia menciumku.

Ini akan terdengar egois, namun apakah aku boleh beranggapan bahwa saat Jungkook bersamaku, dia adalah milikku? I guess not. Aku tidak boleh berpikir seperti itu. Dan juga tidak boleh berharap seperti itu.

He is someone else’s. He is Colette’s. Dunia pun tahu itu.

Tapi apakah aku tidak boleh memiliki sedikit perasaan untuknya? Selama tujuh tahun ini, aku menginginkannya. Yeah, I’m longing for him.

Get yourself together, Sifra. He is married. He will never be yours. Kalimat itu ada dalam kepalaku. Dan hal itu seketika menyadarkanku sehingga membuatku mengakhiri ciuman kami secara tiba-tiba.

Aku tidak memberikan kesempatan untuk Jungkook berbicara, karena aku sudah lebih dulu membuka pintu rumahku dan masuk ke dalam.

Helaan nafas berkali-kali keluar dari mulutku. Lalu aku menyentuh bibirku. Aku masih merasakan betapa lembutnya Jungkook menciumku. Oh bloody hell.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan. Dan Jungkook pun pergi. Ya, tentu saja dia akan pergi. Kembali ke rumahnya dan menemui istrinya.

Aku dikejutkan dengan sebuah suara. “Who’s that guy, Mummy?” yang ternyata adalah Lucas. Dia berdiri tepat di hadapanku sekarang dan dia menatapku seperti menginginkan jawaban.

“Huh?”

“Pria yang kau cium tadi itu. Who’s he? Kekasihmu?”

“You saw it?”

Lucas mengangguk. “Pretty much, yes.”

“Lucas! Kau seharusnya tidak boleh melihat itu. Astaga, kau masih kecil sekali.”

“Kalau begitu, kau jangan berciuman di depan rumah jika tidak ingin aku untuk melihatnya.”

“Mummy pikir Lucas sudah tidur.”

Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak bisa tidur.”

“Why?”

“Besok itu aku ada pertandingan sepak bola. Well, bukan pertandingan yang sesungguhnya. It’s a practice match untuk menentukan aku akan masuk di team mana. Jadi aku gugup dan tidak bisa tidur.”

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang