The Truth Untold

655 84 36
                                    

Sifra Maree

“Mummy, Coach Jaemin baik sekali.”

Aku mulai tertarik dengan ucapan Lucas mengenai Coach Jaemin. Karena aku ingin tahu dia ini siapa. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya.

Jadi ketika Lucas mulai membicarakan Coach Jaemin, aku harus tahu. Bagaimana pun juga, dia itu pelatih di sana. Dan aku mengenal semua pelatih sepak bola di football range tempat Lucas berlatih.

Dengan sembari memakan cheese burger di tanganku, aku bertanya, “Oh, ya? Baik seperti apa?”

“Tadi itu aku berlatih menendang bola secara zig zag. Tapi aku terjatuh. Lalu Coach Jaemin membantuku dan membawaku ke infirmary. Dia juga yang mengobati lukaku.”

“Kau terjatuh? Let me see.” Aku segera menaruh burger nya dan mulai melihat ke arah Lucas untuk mencari bagian mana dari tubuhnya yang terluka ketika berlatih sepak bola.

Namun Lucas menggelengkan kepalanya. “I’m all right, Mummy. Hanya berdarah sedikit saja. Tapi Coach Jaemin sudah mengobatinya, jadi sudah sembuh.”

“Kau serius? Haruskah kita ke rumah sakit untuk memeriksanya?”

“No. You are overreacting, Mummy.”

“Of course. I’m your Mummy, okay? Apa pun yang terjadi padamu—apalagi jika sampai kau terluka—Mummy akan bersikap berlebihan. Because I love you. Dan Mummy tidak mau hal buruk terjadi padamu.”

Lucas mengangguk. “I know. Tapi kau tidak perlu khawatir lagi, Mummy. Coach Jaemin sudah menangani semuanya. I’m all right. As strong as a Hulk.”

“Tapi, jika ada sesuatu terjadi lagi, langsung beritahu Mummy. You understand?”

“Ya.” Katanya, lalu dia menyesap cola miliknya. “By the way, Mummy, maaf sekali aku menanyakan ini lagi, tapi aku begitu sedih ketika berlatih sepak bola tadi, semuanya ditemani dengan Papa mereka. Hanya aku yang sendiri.”

Kalimat dari Lucas membuatku terdiam.

Dia memang tidak begitu sering menanyakan di mana keberadaan Papa nya. Karena memang aku selalu mengatakan bahwa Papa nya tidak ada di sini. Dia pergi meninggalkanku dan Lucas sedari dia masih bayi.

Secara teknis, itu kebenarannya. Tapi aku yang meninggalkan Jungkook, walau aku memiliki alasan yang jelas, namun apa yang kulakukan tetap salah. Aku juga tidak bisa menjelaskan kepada Lucas mengenai Jungkook—Papa kandungnya.

Aku tidak menyangka bahwa sewaktu itu aku memilih untuk mempertahankan Lucas. Pada awalnya aku berpikir untuk menggugurkan kandunganku. Karena aku belum siap, dan juga karena Jungkook sudah menikah. Jadi percuma saja aku mempertahankan bayinya.

Tapi ketika aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan check up dan aku mendengar detak jantung Lucas pertama kali, aku menangis. Aku tidak percaya bahwa ada manusia yang hidup di dalam perutku. Dan detak jantungnya membuatku sangat bahagia. Bahkan aku ingin mendengarnya lagi dan lagi.

Hingga akhirnya ketika aku mulai memasuki kehamilan di 17 minggu, aku merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam perutku. Mama mengatakan bahwa itu adalah si bayi yang menendang.

Dan kemudian dua hal itu menjadi alasanku untuk mempertahankan Lucas. Aku tidak bisa membunuhnya begitu saja ketika aku sudah tahu bagaimana jantungnya berdetak sangat cepat. Dia itu bagian dari hidupku juga. I couldn’t do it.

Setelah Lucas lahir, aku berpikir untuk tidak pernah memberitahu di mana keberadaan Papa nya. Jadi kukatakan bahwa Papa nya sudah pergi dan meninggalkan kami berdua. Itu salah, ya aku tahu.

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang