Little Things

473 60 10
                                    

Song of the Part: Little Things by One Direction.

Sifra Maree

“Because I’m scared that I’ll miss you. Happens every time.”

Aku tersenyum ketika mendengar Jungkook mengatakan itu. Manis sekali.

Aku pun menaikkan alisku, “Benarkah? Kau merindukanku?”

“Setiap waktu. Jam, menit, detik—aku selalu merindukanmu. Bahkan ketika berada dekat denganmu, aku tetap tidak bisa berhenti memikirkanmu.”

“Why’s that?”

“Entah. But I’m mad about you.”

Aku menangkup wajahnya dan mencium bibirnya. Jungkook hanya diam dan membiarkanku untuk naik ke pahanya dan menyentuh rambutnya dengan tanganku.

Kemudian, tangan Jungkook mulai berada di pinggangku. Dia meremasnya pelan.

Entah kenapa suasana berubah menjadi panas ketika aku bersama dengan Jungkook. Seperti ada gairah dalam diriku yang terbakar akan kegilaan terhadapnya.

Perlahan-lahan, dia mengangkat tubuhku dan membawaku menuju ke kamarku.

Dia menutup pintu dengan kakinya. Lalu dia membaringkanku di ranjang dengan tubuhnya berada di atas tubuhku.

Jungkook mengakhiri ciuman kami dan dia menggerakkan hidungnya pada hidungku. Kami tertawa—entah mentertawakan apa—namun sekarang adalah waktu yang sangat berharga untukku. Aku tidak ingin untuk segera berakhir.

Aku menaruh tanganku pada lehernya. Kukatakan, “Jungkook,” dan dia menjawab, “Apa?” yang kemudian kubalas dengan sebuah kecupan di bibirnya.

Untuk sekarang ini, bolehkah aku merasakan kebahagiaan? Aku tidak tahu sampai kapan ini akan berlangsung. Tapi kuharap akan lebih lama. Walau itu tidak mungkin.

“Jangan seperti itu pada Colette, Jungkook. Kau akan semakin menyakitinya.”

“I know.” Katanya. “Aku akan meminta maaf padanya nanti.”

“Yeah, you should.”

“All right. Tapi untuk sekarang, bisakah kita berhenti bicarakan Colette dan berfokus saja pada aku dan kau?”

Aku menaikkan alisku. “Berfokus untuk apa?”

“Apa saja. I’m up for anything. Making out or making love.”

Aku memukul bisepnya. “Astaga, Jungkook!”

Jungkook menciumku. Aku tahu apa yang akan selanjutnya terjadi. Terlebih ketika Jungkook perlahan memasukkan tangannya ke dalam piyamaku. Pergerakkan tangannya menuju pada payudaraku dan dia menggenggamnya erat.

Jarinya memainkan putingku. Hal itu membuatku meremas bisepnya dan menahan desahanku.

Dan akhirnya, dia mulai melepas kancing piyamaku. Satu persatu, mereka terbuka. Hingga akhirnya tubuhku terekspos dengan sempurna karena dia sudah mencapai kancing teratas.

Ciuman ini berakhir. Jungkook mengalihkan perhatiannya pada payudaraku.

Dengan sambil menatap mataku, dia mendekat pada payudaraku dan mulai menjilat putingku. Genggaman tanganku pada seprai menjadi bukti betapa perlakuannya memberikan efek kegilaan sementara pada diriku.

“Oh, Jungkook.”

“Yes, Gwen Stacy?”

“Keep going.”

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang