Heaven

469 46 13
                                    

Sifra Maree

Jungkook datang lebih awal. Dia ingin mengajakku untuk sarapan lebih dulu.

Saat dia datang, aku baru saja bangun. Jadi keadaan rambutku masih sangat berantakan. Tentunya aku malu, tapi dia mengatakan bahwa dia tidak apa-apa saat melihatku dalam keadaan berantakan.

How sweet of you, Mr. Jeon Jungkook.

Jungkook bertanya. “Di mana Lucas?”

“Aku titipkan Lucas pada Lily. Semalam dia datang dan membawanya.”

“Semalam?”

“Iya. Setelah kau pulang, Lily datang ke sini dan aku meminta tolong padanya untuk menjaga Lucas selagi aku pergi denganmu.”

“Is that so?”

Aku menganggukkan kepalaku. “Yup. Aku khawatir jika meninggalkannya sendiri di rumah. Jadi lebih baik Lucas berada bersama Lily.”

“All right then.”

Kami pergi sarapan bersama di Greggs. Tentunya kami menggunakan masker dan kacamata untuk penyamaran agar tidak diketahui oleh paparazzi.

Reputasi Jungkook dipertaruhkan dalam kencan ini. But this is the risk that we’re taking.

Selagi makan, Jungkook menatapku terus menerus. Seperti dalam pandangan matanya, hanya ada aku saja. Hal itu membuat pipiku panas. Aku yakin pipiku berwarna merah sekarang.

“Kenapa kau memperhatikanku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?”

“Tidak.” Katanya. “But—dear God, you are so beautiful, Sifra.”

Bibirku bergerak dan membentuk sebuah senyum lebar karena apa yang Jungkook katakan itu membuat jantungku berdebar kencang. Oh fuck, jika dia seperti ini, I can’t help but to fall more in love with him.

“Stop it! Stop looking at me.”

Jungkook ikut tersenyum. “Tidak bisa. Kau begitu cantik sehingga aku tidak bisa mengalihkan tatapanku. This is insane. Kau terlalu cantik. Aku harus menyembunyikanmu sekarang juga sebelum semua orang jatuh cinta padamu.”

“Jeon Jungkook!”

Dia suka sekali menggodaku seperti ini. Astaga.

Seusai sarapan, kami masuk ke dalam mobilnya. Aku melihat jam yang ada di ponselku. 8:46 a.m. Hampir jam 9 sekarang.

“Jadi, kita akan ke mana?” Jungkook bertanya sembari memakaikan seatbelt padaku.

Kemudian dia memegang daguku dan mencium bibirku. Tentu saja aku juga membalas ciumannya. Kupegang erat kerah trench coat yang dipakainya.

Ciumannya berakhir dan Jungkook menjauhkan wajahnya sedikit untuk menatap mataku.

Aku menaikkan alisku. “Doesn’t the norm dictate that you were supposed to kiss me after our date?”

Jungkook tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi sebelum menjawab, “Couldn’t wait. It was either kiss you, or go insane.” Dia dan mulutnya yang manis itu benar-benar membuatku gila. “Kau mau pergi ke mana?”

“Sudah kubilang bahwa aku ingin museum date.”

“All right. Wait a minute.” Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di papan pencarian google. “Ada pameran di The British Museum. The World of Stonehenge. Kau mau pergi ke sana?”

“Sepertinya menarik.”

“Well, actually, I’m not over the moon with this museum date kinda thing.” Ujarnya. “Namun ke mana pun kau ingin pergi, aku akan mengikutimu.”

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang