Jeon Jungkook
“Jungkook, jika semisal kau punya anak di luar sana yang tidak kau ketahui, what are you going to do?”
Aku tersedak saat sedang meminum champagne di tanganku ketika Sifra bertanya seperti itu.
Celanaku dan mobilku menjadi basah karena champagne yang seharusnya masuk ke dalam mulutku, kini keluar lagi dengan terpaksa.
Sifra bertanya padaku, “Are you all right?”
“I’m good.” Kataku. “Bolehkah aku meminta tolong untuk ambilkan tissue yang ada di dashboard?”
“Sure.” Sifra membuka dashboard dan mengambil tissue nya, lalu dia memberikannya padaku. “Maaf. Pertanyaanku membuatmu terkejut, ya?”
“Well . . . you could say that. Aku tidak berekspektasi kau untuk menanyakan hal itu.”
Kubersihkan setir mobilku dan celanaku menggunakan tissue nya. Setelah itu aku meminta tolong lagi pada Sifra untuk memasukkannya ke dalam dashboard.
Kemudian aku menoleh padanya dan mengatakan, “Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Aku—uh, aku hanya penasaran saja. Kau tidak perlu memberikan jawabannya. Aku tahu pertanyaanku tidak masuk akal. Guess I have to blame it on the champagne. Aku membicarakan hal-hal aneh seperti ini.”
“Untuk aku, personally, mungkin aku akan mencari tahu keberadaan anakku itu. Di mana pun dia berada, aku harus menemukannya.” Ujarku. “Sesulit apa pun itu, aku harus bertemu dengannya.”
“Oh, and then?”
“Dan aku akan meminta penjelasan dari si wanita—ibu dari anakku—mengenai apa yang terjadi. Kemudian melakukan test DNA untuk memastikan bahwa apakah dia benar anakku atau bukan.”
“Jika benar?”
Aku kembali menyesap champagne-ku. “Jika benar, maka aku ingin terlibat dalam kehidupannya. Aku ingin tahu apa kesukaannya, hobinya, impian dan cita-cita, serta masa depannya.” Kataku, “Mungkin akan sulit untuk anak itu beradaptasi denganku, tapi aku akan memberitahunya bahwa aku adalah Papa nya. Aku akan melakukan apa pun agar dia bisa dekat denganku. The sky’s the limit.”
Sifra hanya memperhatikanku. Wajahnya terlihat seperti bahwa dia tertarik dengan jawabanku. Well, tertarik dalam hal dia terkesan dengan apa yang kukatakan. Aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana, tapi itu yang kulihat darinya.
Kini giliranku untuk bertanya, “Kenapa kau tanyakan hal itu?”
“I told you, aku berbicara aneh karena champagne nya. Tidak ada maksud apa pun. Aku hanya bertanya saja.”
“No, Sifra. Kau bertanya hal itu bukan sekadar bertanya saja. Aku yakin tentunya ada sesuatu di balik pertanyaanmu itu. Like you are telling me something I don’t know.”
“Tidak, Jungkook. I swear, aku hanya bertanya saja.”
“Well, okay. Whatever helps you sleep at night.”
Ponselku berdering. Nama Colette muncul di sana. Aku merasa tidak enak kepada Sifra, karena aku sekarang bersamanya.
Astaga, kenapa Colette harus meneleponku sekarang, sih?
Aku membiarkan ponselku untuk berdering. Aku tidak ingin menjawab panggilannya, tapi tidak ingin menolak panggilannya juga. I let it be.
Tapi Sifra mengatakan, “Tidak apa-apa. Angkat saja, mungkin ada sesuatu yang penting?”
“Tidak perlu. Biarkan saja.”
“Jungkook, jangan seperti itu. Aku yakin Colette khawatir padamu. Angkat panggilannya agar dia tidak khawatir lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...