Almost Is Never Enough

495 75 22
                                    

Jeon Jungkook

Aku sampai di rumah setelah melalui dua puluh lima menit perjalanan. Karena hari ini begitu ramai, jadi sedikit terlambat untuk pulang. Walau sebenarnya aku juga tidak ingin pulang, to be fair.

Jika Sifra tidak memaksaku pulang, mungkin aku akan tetap di rumahnya dan kini bersamanya. Mungkin memeluknya erat atau kami bercinta—apa saja bisa dilakukan yang penting dengan Sifra.

Sesuai dugaanku, Colette menungguku. Dia bahkan berdiri di depan pintu. Entah untuk menyambutku atau ingin memarahiku. I think it’s the latter.

“Kau sudah makan malam?” itu kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. “I’m a fool. Tentu saja kau sudah makan malam.”

Aku tidak menanggapi kalimat Colette. Sejujurnya, aku malas membicarakan hal ini dengannya. Kami hanya akan berujung saling beradu argumen dan Colette juga akan semakin kecewa jika kuberitahu yang sebenarnya.

Colette menyilangkan tangan di dadanya. Kemudian dia bertanya, “Who is she?”

Aku menaikkan alisku. “Siapa—maksudmu?”

“Aku tahu, Jungkook. Aku mengetahui semuanya. Aku tahu kau berselingkuh di belakangku dan aku juga tahu kau pergi dengan wanita itu tadi.”

“Wanita?”

“WHO THE FUCK IS SHE?”

“Colette—”

“Apa dia lebih cantik dari aku? Lebih terkenal dariku? Sudah sejauh mana hubungan kalian? You slept with her?”

Aku menghela nafasku. “Aku tidak mengerti apa maksudmu dan aku juga tidak tahu wanita siapa yang kau bicarakan.”

“Banyak paparazzi yang mengambil fotomu dengan seorang wanita, Jungkook. Dan foto tersebut sudah tersebar luas di internet. Suamiku bepergian dengan wanita lain. Have you gone quite mad?”

Aku tidak tahu itu. Maksudku, aku tidak sadar bahwa ada paparazzi yang mengambil fotoku saat aku bersama dengan Sifra dan Lucas.

Tapi dari apa yang Colette katakan barusan, sepertinya wajah Sifra tidak terlihat. Karena jika terlihat, tentunya Colette tahu bahwa wanita itu adalah Sifra. Mereka pernah bertemu di kantorku.

“Semua orang membicarakanku, Jungkook. Mereka mengetahui bahwa suamiku berselingkuh. How could you?”

“Colette, dengarkan aku—”

“Was I not good enough for you, Jeon Jungkook?”

Bloody hell. Kini Colette pun menangis. Air matanya turun dan membasahi pipinya. Tatapan matanya membuatku benar-benar merasa bersalah sekarang.

Kubuat dia menangis. Aku tahu aku suami bajingan. Colette tidak pernah melakukan kesalahan apa pun padaku. Dia sempurna, kalau boleh kukatakan. Sempurna sebagai pasangan dan sebagai istri.

Aku bahagia dengannya. Meski aku tidak mencintainya, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa selama tujuh tahun pernikahan kami, aku bahagia. Bahagia dengannya, bahagia saat bersamanya.

But she wasn’t Sifra. Bahagia saja tidak cukup untukku. Aku membutuhkan seseorang yang bisa membuatku merasakan bagaimana rasanya menyayangi dan mencintai.

Sayang sekali, aku tidak bisa merasakan itu dengan Colette. Aku sudah mencoba, tentu saja. Tapi memang pada dasarnya perasaan cinta tidak bisa dipaksakan.

“I love you, Jeon Jungkook.”

Aku tidak bisa mengatakan apa pun. Jadi aku hanya menatapnya saja yang terus menangis.

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang