[Song of the Part: Falling by Harry Styles]
—
Sifra Maree
Jungkook mengantarku setelah kencan kami berakhir. Kami berdua keluar dari mobilnya dan berjalan menuju rumahku.
Kami berdiri tepat di depan pintu dengan Jungkook yang menggenggam tanganku.
“Sorry. We didn’t do much today,” katanya.
Namun aku menggelengkan kepalaku. “Tidak, Jungkook. Hari ini sudah lebih dari cukup. Kau menemaniku dan juga mewujudkan mimpiku untuk melakukan museum date. I had a lot of fun.”
“Benarkah?”
“Ya.”
Jungkook pun tersenyum. “Aku juga. Well, meski aku tidak menyukai museum—sangat membosankan—tapi ketika bersamamu, semua menjadi menarik. I love myself when I’m with you.”
Kalimatnya manis sekali. Pipiku pasti berubah menjadi merah sekarang.
Kukatakan padanya, “Kalau begitu, kau pulang sekarang. Colette pasti sudah menunggumu di rumah.”
“Bisakah kau untuk tidak menyebut namanya ketika sedang bersamaku? Biarkan saja Colette. Fokuskan dirimu hanya denganku. Tidak perlu memikirkan hal lain.”
“How can I? She is your wife, after all.”
“Sifra—apakah harus kujelaskan lagi padamu? Aku tahu dia istriku. Namun harus berapa kali lagi kukatakan padamu bahwa aku tidak peduli tentangnya? Tentang apa yang akan dipikirkannya jika dia tahu bahwa aku bersamamu. I don’t care.”
Aku menatap Jungkook yang kini begitu marah karena aku terus membahas Colette padanya.
Tapi bukankah itu kewajibanku untuk mengingatkannya bahwa dia sudah menikah dan tidak seharusnya dia berada di sini denganku?
Namun, entah kenapa aku masih begitu egois dengan tidak bisa melepaskannya. Kupikir itu hal termustahil di dunia ini karena aku rasa aku mulai jatuh cinta pada Jungkook.
Melihatnya dengan orang lain? It breaks my heart!
Jungkook melepaskan tangannya dariku. Lalu dia mengatakan, “Forget it. Good night.” Kemudian dia kembali ke mobilnya dan pergi dari area rumahku begitu saja.
Sepertinya Jungkook benar-benar marah.
Melihatnya pergi seperti ini, itu membuat hatiku sangat berat. Sebenarnya aku masih ingin bersama Jungkook, menghabiskan waktu dengannya lebih lama lagi. Berpura-pura bahwa dia milikku walau kenyataannya itu tidak mungkin.
Aku masuk ke dalam rumah. Lucas tidak ada karena aku menitipkannya pada Lily.
Hal selanjutnya yang kulakukan adalah duduk di sofa dan menangis. Entah menangisi kepergian Jungkook atau menangisi kebodohanku yang membuat Jungkook pergi. Either. Maybe both. I don’t know anymore.
Aku tidak tahu harus melakukan apa. Haruskah aku menghubungi Jungkook? Meminta maaf padanya?
Tapi tidak kulakukan. Aku hanya menangis selama dua puluh menit dalam kekosongan, tidak bisa menentukan apa yang harus kulakukan. Entah membiarkan Jungkook untuk marah dan menjauh dariku atau meminta maaf padanya dan berharap dia kembali padaku.
Keduanya merupakan pilihan yang sulit untuk dipilih. You lose something, you gain something.
Di saat aku sedang menangis, ponselku berdering. Aku mengambilnya. Kontak Jungkook tertera di sana.
Hal tercepat yang pernah kulakukan di dunia ini adalah menggeser tombol hijau untuk menghubungkan panggilanku dengannya dalam rekor 0,01 detik.
“Jungkook?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...