Kent
August, 2014Sifra Maree
Aku menangis di dormitory. Beruntungnya roommate-ku—Augustine—sedang pergi untuk merayakan ulang tahunnya bersama dengan teman-temannya.
Aku diundang ke pesta itu, namun aku mengatakan bahwa aku sedang sakit dan tidak bisa datang. Augustine mengatakan bahwa tidak apa-apa jika aku tidak bisa datang. Well, aku juga tidak terlalu dekat dengannya, sih. So I guess we’re fine.
Anyway, back to the topic. Yes, aku sedang menangis sekarang. Yang tentunya alasan dari tangisanku kali ini adalah bayi. Yup. Aku hamil. Itu sudah terbukti.
Kemarin aku pergi ke rumah sakit untuk mengecek. Sebenarnya hanya ingin memastikan saja, karena biasanya test pack itu tidak 100% akurat.
Aku berdoa dan berharap semoga test pack nya salah. Namun ternyata hasil yang kudapatkan kemarin telah menjadi bukti bahwa harapanku tidak didengarkan Tuhan. Aku hamil. Dan usia kandunganku menuju dua bulan.
Tentunya aku tahu ini anak siapa. Ya, anak pria itu. The American guy. Jeon Jungkook.
Walau sebenarnya aku masih bingung bagaimana aku bisa hamil. Sewaktu aku dan Jeon Jungkook melakukan seks, kami menggunakan kondom di setiap rondenya—dan kami melakukan hingga empat ronde. Crazy, right? I know!
Aku meminta saran kepada Mama dan Papa. Mereka mengatakan bahwa apa pun keputusanku, mereka akan mendukungku. Dan sebenarnya, aku sudah terpikir ingin melakukan aborsi.
Jadi kubuka MacBook milikku dan mulai membaca tentang aborsi bayi.
Pengguguran kandungan atau aborsi atau dalam bahasa Latin: abortus, adalah berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematiannya. Itu yang dikatakan Wikipedia.
Ada dua tahap melakukan aborsi, yaitu dengan menggunakan obat atau dengan tindakan medis. Aku tidak tahu obat apa, aku belum selesai membacanya. Dan tindakan medis seperti apa—aku juga belum tahu. Jadi aku melanjutkan membaca mengenai aborsi ini.
Dan ternyata, setelah aku membaca, tindakan medis yang dilakukan untuk aborsi adalah dengan aspirasi vakum.
Disamping itu, aku membaca beberapa risiko aborsi. Ada banyak sekali. Bisa menyebabkan pendarahan berat, kehamilan ektopik untuk kehamilan berikutnya, hingga kondisi serviks yang tidak optimal setelah melakukan aborsi.
Ponselku berdering. Nama Lily muncul di sana. Aku segera mengangkat panggilannya.
“Halo?”
“Hai—wait, kau menangis?”
“Lily . . .”
“Sifra, kau kenapa? Kau menangis. Ada apa? Seseorang menyakitimu?”
Tangisanku menjadi semakin besar. Air mataku tidak berhenti keluar. Namun aku berusaha membuka mulutku untuk mengatakan, “I-I’m pregnant, Lily.”
“You what? Bloody hell—um sorry. Aku terkejut.” Katanya. “Kau hamil? Kau sudah memastikannya?”
“Aku sudah mengecek dengan lima test pack berbeda, lalu kemarin aku ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kehamilanku menuju dua bulan.”
“Dua bulan? Wow. T-tapi bagaimana bisa? Sorry, my bad, aku bodoh sekali dengan bertanya begitu. Never mind.”
“Lily, apa yang harus aku lakukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...