Goodnight and Go

533 64 16
                                    

Jeon Jungkook

Aku memperhatikan Lucas yang sedang berlari mengejar bola. Dia menggerakkan tangannya ke atas—bermaksud mengisyaratkan kepada teman dalam satu team nya untuk memberikan bola itu padanya.

Sifra banyak bercerita tentang Lucas. Bagaimana dia begitu menyukai sepak bola dan impiannya adalah menjadi pemain sepak bola profesional seperti David Beckham.

Sifra juga bercerita bahwa Lucas ingin sekali bertemu David Beckham dan football club favoritnya, Tottenham Hotspur.

Aneh sekali, bukan? Dia menyukai David Beckham, tapi club favoritnya adalah Tottenham. He is not making any sense. Namun itu wajar, karena Lucas masih anak-anak.

Sifra mengatakan padaku, “Aku ingin ke toilet terlebih dahulu. Kau tunggu aku di sini.”

“Can I go with you?”

“Jungkook.”

“Oke, aku akan tunggu kau di sini.”

Dia tersenyum, kemudian dia mencium pipiku. “All right. I’ll be right back.”

Setelah Sifra pergi, aku kembali memperhatikan Lucas. Kemudian aku mengambil ponselku untuk merekamnya. Sesekali aku mengambil fotonya.

Lucas terlihat begitu serius ketika bermain sepak bola. Aku pun tahu bahwa dia benar-benar memiliki cita-cita untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Bukan hanya sekadar bermain saja.

Sebagai orang tuanya, aku ingin membuat hal itu terjadi. I will make sure of it.

Sang referee membunyikan peluit untuk menandakan bahwa permainan berakhir. Dan score dari kedua team adalah seimbang 1-1.

Lucas pun berlari ke arahku. Aku panik karena tidak ada Sifra di sini. Apa yang akan kukatakan padanya?

Dan ketika dia sudah berada di hadapanku, Lucas bertanya, “Where’s my Mum?”

“Dia sedang ke toilet. Kau haus?” aku mengambil sebotol air dan kuberikan padanya. “Here.”

Lucas mengambilnya dari tanganku. Dia membuka botol itu dan langsung meminumnya. Lalu dia mengatakan, “Terima kasih,” yang kemudian aku menjawab, “You are welcome.” Dan yang terjadi selanjutnya adalah dia duduk di sebelahku.

Aku memperhatikannya. Sungguh, dilihat dari jarak sedekat ini, aku terkejut. Betapa miripnya Lucas denganku. Tapi bodohnya aku tidak menyadari itu sewaktu kami pertama kali bertemu di hari itu.

Aku bertanya padanya, “Kau suka bermain sepak bola?”

“Tentu saja.”

“Kudengar bahwa club favoritmu adalah Tottenham.”

Dia menoleh padaku. “Mummy memberitahumu?”

“Yup.”

“Oh.”

“Aku berteman dekat dengan pelatih dari Tottenham Hotspur. Juga dengan salah satu pemainnya, Cristian Romero.”

Itu kenyataannya. Aku juga menyukai Tottenham. Lalu aku menyaksikan pertandingan mereka di Elland Road saat Tottenham vs Leeds United.

Lucas meminum air nya lagi dari botol yang kuberikan. “Ha. Funny.” Katanya.

Aku pun menjelaskan, “Aku serius. Jika kau mau, aku bisa mengajakmu bertemu dengan pemain Tottenham Hotspur.”

“No, thank you.”

Sepertinya dia masih tidak percaya bahwa aku itu mengenal pelatih dan pemain dari Tottenham. Oleh karena itu, aku akhirnya memutuskan untuk menghubungi Andre Marriner, walau sebenarnya aku tidak tahu apakah dia akan mengangkat panggilanku atau tidak.

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang