Sifra Maree
Percakapanku dengan Jungkook harus berhenti dikarenakan Colette tiba-tiba datang ke kantor untuk membawakan makan siang. Tentunya dia berencana melakukan makan siang berdua dengan suaminya. None other than Jeon Jungkook, of course.
Aku hanya bisa tersenyum saja ketika melihat mereka berdua. Cemburu? Tentu. Tapi aku bisa apa? Nothing. Walau Jungkook dan aku memiliki suatu hubungan—entah hubungan apa—namun Colette tetap istrinya. Secara resmi.
Kukatakan kepada Jungkook dan Colette, “Enjoy your lunch. Kalau begitu saya pergi—”
“Apakah kau tidak ingin bergabung? Aku membawa banyak sekali makanan. Jungkook dan aku tidak akan bisa menghabiskan semuanya.”
“No, thank you, Colette.” Memanggilnya dengan hanya “Colette” saja membuatku tidak nyaman. Dikarenakan dia adalah istri dari boss-ku dan aku seharusnya menghormatinya. Tapi Colette sendiri yang memintaku untuk memanggilnya seperti itu. We are on first name basis now.
“It’s okay, Sifra. Come join us.”
Akhirnya, karena Colette memaksaku, aku pun bergabung makan siang dengan mereka di ruangan Jungkook.
Well, ruangannya ini besar sekali. Di dalam ruangannya terdapat sebuah ruangan lagi yang diperuntukkan agar Jungkook bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Bisa untuk beristirahat, bisa untuk makan, bisa untuk berolahraga atau membaca buku.
The perks of being one of the heirs of the famous hotels in UK.
Colette bertanya, “Apa kau suka Italian food? Aku membeli banyak sekali Italian food. Terlebih lagi Ravioli di Branzino Freschi. Itu makanan favorit Jungkook. Right, darling?”
Jungkook hanya menjawab, “Um, yeah.”
Kukatakan pada Colette, “Saya suka Italian food.”
“Tidak perlu berbicara dengan formal, Sifra. Ketika di waktu istirahat untuk makan siang, anggap saja bahwa aku dan Jungkook adalah temanmu. We can be friends!”
“Oh, okay.”
Great. Sekarang Colette ingin berteman denganku. I’m royally screwed right now.
Saat sedang makan, Colette bertanya segala hal mengenai diriku. Mulai dari kantor tempatku bekerja dulu hingga persoalan pribadi mengenai di mana aku berkuliah dan apakah aku sudah memiliki kekasih.
Yang tentunya kujawab belum. Itu fakta. Namun Jungkook memberikan tatapan kesal padaku setelah aku bilang bahwa aku belum memiliki kekasih. Aku tidak peduli. Di hadapanku sekarang ada istrinya, so I’m not gonna get in trouble.
Colette mengarahkan garpu yang berisikan lasagna miliknya ke arah mulut Jungkook. “Darling, open your mouth.”
Tapi Jungkook menggelengkan kepalanya. “No.”
“Kenapa? Kau suka lasagna. Aku ingin menyuapimu.”
“Well . . . ada Asisten Pribadiku di sini, Colette.” Katanya.
“Apa kau merasa tidak nyaman, Sifra?”
Aku menggelengkan kepalaku dengan canggung. “N-no. Not at all.”
“See, Sifra baik-baik saja dan dia tidak merasa bahwa dia tidak nyaman. It’s okay, biar aku suapi.”
Dan akhirnya, Jeon Jungkook mengalah. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan dari istrinya tersebut.
Setelah itu, Colette mengganti topik pembicaraan. Dia membahas tentang Italy—as in the country Italy.
“Aku ingat ketika aku pergi ke Italy untuk melakukan shooting salah satu HBO series Why Don’t You Want Me. Tempatnya di Puglia dan itu merupakan wilayah di Italy yang terindah yang pernah kukunjungi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...