Italy, 2014
Sifra Maree
Tanganku menggenggam erat Jeon Jungkook dan membiarkannya membawaku. Entah ke mana, aku juga tidak tahu. Meskipun aku tidak mengenalnya, tapi aku merasa nyaman dengannya.
Sangat, sangat nyaman.
Ketika kami sampai di sebuah hotel, Jungkook membukakan pintu untukku. Aku keluar dari mobilnya dan kembali mengikutinya.
Aku tidak tahu bahwa dia menyewa hotel di Orosei. Fuile e Mare itu terkenal dengan kemewahan hotelnya. Bisa kukatakan bahwa Jeon Jungkook bukan tipikal pria biasa. Not that I mind if he is.
“Gwen.”
Haruskah aku memberitahu kebenarannya pada Jeon Jungkook? Bahwa aku adalah Sifra Maree, bukan Gwen Stacy. Astaga.
“Yes?”
Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahunya.
Ketika kami sudah berada di dalam kamar hotelnya, Jeon Jungkook menatapku. Dia kemudian mempersilahkanku untuk duduk di sofa selagi dia mengambil sebotol Bordeaux.
Dia menuangkan wine nya untuknya dan juga aku. Setelah itu dia bertanya, “So, Gwen, apakah ada hal spesial yang kau inginkan dari ulang tahunmu yang ke 21 ini?”
“Hal spesial? Seperti apa?”
“Your goals? Sesuatu yang ingin kau punya, atau yang ingin kau lakukan? I don’t know. Do you?”
“Something like that—I don’t think so.” Ujarku. Lalu aku menyesap wine nya. “Tidak banyak yang kuinginkan. Aku hanya ingin menjalani hidup layaknya manusia normal saja.”
“Manusia normal?”
“You know . . . bernafas, makan, tidur, bangun, berkuliah, bekerja, menikah, punya anak, menua dan kemudian mati.”
Jeon Jungkook menangkup wajahnya dengan satu tangannya. “You are so fascinating. Tidak banyak wanita yang seperti dirimu. Biasanya mereka berambisi untuk mempercantik atau memperkaya diri.”
“I was trying to be real.”
“Good.” Tatapannya tidak berhenti. Dan hal itu membuatku merasa begitu terintimidasi. “Kau sudah memiliki kekasih?”
“Tidak. Yet.”
“Yet?”
“Belum menemukan pria yang tepat.”
“Oh, lalu seperti apa karakter pria yang tepat untuk menjadi kekasihmu, Gwen Stacy?”
Aneh sekali mendengarnya memanggilku Gwen Stacy. Aku seperti sedang bersama dengan Peter Parker. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku membohonginya dan mengatakan bahwa namaku adalah Gwen Stacy. Salahku sendiri.
Sebelum menjawab, aku kembali menyesap wine di tanganku. “Um, aku tidak memiliki karakter pria yang tepat untuk menjadi kekasihku. Jika dia bisa membuatku nyaman dan dia mencintaiku, dia menerima semua kekurangan dan kelebihanku, then why not?”
“Kau terdengar seperti mencari calon suami, bukan kekasih.”
“Did I? Haha, I guess.” Entah ini sudah ke berapa kali aku menyesap wine nya. Tapi memang wine nya sungguh enak. Château Lafite Rothschild. Yang kutahu harga wine ini begitu mahal.
Jeon Jungkook mungkin melihat gelas wine yang ada di tanganku hampir kosong, jadi dia bertanya, “Mau kutuangi lagi?”
“Thank you.”
“Kau suka wine nya?”
“Sangat. Aku belum pernah mencoba ini.”
Dia menaikkan alisnya. “Really?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Summer
Fanfiction7 tahun yang lalu, aku dan dia bertemu. Di musim panas. Aku tidak menyangka bahwa diawali dengan perkenalan secara tidak sengaja di pub, membawaku pada ciuman-ciuman kecil yang diberikannya hingga aku berakhir di ranjangnya. Dan setelah tujuh tahun...