Blank Space

602 87 34
                                    

Sifra Maree

Wajah Jungkook yang penuh keterkejutan dan menginginkan jawaban dariku membuatku panik. Tentu saja, karena rahasia yang ingin kujaga selamanya tanpa diketahui Jungkook kini berada tepat di hadapannya.

Kukatakan pada Jungkook, “Bisakah kita bicara di tempat yang lebih private?”

“Answer me. Dia anakmu?” Jungkook bertanya sembari tatapannya berpindah pada Lucas. “Kau sudah memiliki anak?”

“Jungkook—”

“Yes or no?”

Aku membasahi bibirku dan mengangguk. “Ya. Dia anakku.”

Jungkook semakin terkejut lagi ketika aku mengatakan itu padanya. Dia tidak berekspektasi untuk aku mengatakan hal itu. Tapi kenyataannya seperti itu. Lucas memang anakku.

Kemudian Jungkook melangkah mundur, lalu dia membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Aku tidak mencoba untuk memberhentikannya, karena aku yakin dia pasti terkejut sekali sehingga dia tidak mau bicara padaku sekarang.

Mesin mobilnya menyala, setelah itu dia pergi meninggalkanku tanpa mengatakan apa pun lagi.

Lily menghampiriku dan membelai punggungku. “I’m sorry, Sifra. Aku mencoba memberhentikan Lucas. Tapi ketika dia melihatmu, dia segera berlari ke sini. Maaf.”

“No, it’s okay. Memang sudah seharusnya Jungkook tahu tentang Lucas.”

“Tapi kau tidak memberitahunya bahwa Lucas adalah anaknya.”

“I think he knows. Aku yakin dia pasti bisa menyimpulkan semuanya.” Ujarku. “Sepertinya hari ini rencana bepergiannya harus ditunda. I’m not feeling well. Sorry, Lily.”

Lily menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Sifra. Aku mengerti. Kita bisa merencanakannya di lain waktu. Lebih baik kau tenangkan dirimu sendiri,” katanya. “Kau mau aku untuk mengantarmu pulang?”

“It’s fine. Aku dan Lucas bisa menaiki bus.”

“Baiklah. Kalau begitu, aku pergi lebih dulu. Kabari aku jika kau sudah sampai di rumah. Oke?”

“Oke.”

Dengan menggenggam tangan Lucas, aku membawanya menuju ke Railway Station. Lucas tidak mengatakan apa pun. Dia hanya diam. Sesekali dia menatapku, mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia kembali diam lagi. Mengurungkan niatnya.

Dalam lima belas menit perjalanan dengan bus, kami akhirnya tiba di rumah. Aku segera duduk di sofa dan menghela nafas sebanyak-banyaknya.

Lucas duduk di sebelahku. Dia bertanya, “You all right, Mummy?”

“Yeah. Of course.”

“Pria tadi . . . adalah pria yang menciummu semalam, bukan? Your boyfriend.”

Aku tersenyum tipis. “He is not my boyfriend.”

“Yeah, but he is my dad.”

Aku tahu Lucas masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, tapi dia begitu dewasa dibandingkan anak-anak seusianya. Dia mungkin mendengar apa yang Lily katakan tadi, lalu dia menyimpulkannya sendiri.

Aku membelai rambutnya. “Sebenarnya ini sulit untuk dijelaskan. Kau masih terlalu kecil. Kau juga mungkin tidak akan mengerti. But yeah, he is.”

“Coba jelaskan saja. Meski aku tidak mengerti, I still want to know.”

Dan akhirnya, aku menghela nafas. Mempersiapkan diriku sendiri untuk menjelaskan tentang Jeon Jungkook pada Lucas.

Aku tidak menjelaskan mengenai malam di Sardinia, karena tidak mungkin aku mengatakan hal itu kepada Lucas. Aku hanya menjelaskan bahwa aku dan Papa nya bertemu di waktu yang tidak tepat. Lalu semua terjadi begitu saja, sehingga akhirnya aku hamil dan Lucas hadir dalam hidupku.

Cruel SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang