Bagian 23

444 69 24
                                    

Bahkan saat benda tumpul itu menyapa punggung serta seluruh bagian inci tubuh nya, Juan masih diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan saat benda tumpul itu menyapa punggung serta seluruh bagian inci tubuh nya, Juan masih diam. Tidak ada penolakan, hanya ringisan dan rinai air mata yang membasahi pipi, kala cambukan itu kembali menyapa punggung dan juga tubuh bagian bawahnya.

Seragam yang Juan kenakan tadi pagi, sore ini di barengi dengan cakrawala yang terbakar mejadi jingga hingga gelas menguasai nya. Sudah tak berbentuk lagi. Seragam nya yang putih sekarang kusut tak berbentuk, sepatunya terlepas entah di sudut rumah bagian mana.

Juan hanya bisa memohon kepada Tuhan agar ia masih bisa melihat hari esok, untuk membuktikan kepada semua orang bahwa dia tidak bersalah.

Kejadian di ruang BK tadi tentu membuat dirinya semakin terpojok di kala itu, tidak ada yang membela karena bukti sudah di depan mata.

Berita Juan membawa barang yang seharusnya tidak ada di sekolah menyebar begitu cepat di sekolah, semua orang menatap nya tak percaya, mencibir, bahkan menghina nya terang-terangan.

Hukuman sekor selama seminggu Juan dapatkan, dan yang paling miris adalah Reyhan—kakak nya sekarang ini semakin mempercepat tempo cambukan nya, sabuk itu mengenai pipi mulus Juan, dirinya sampai kaget dan mendongak meminta ampun agar cambukan itu berhenti.

Rasa amis menjalar di kerongkongan Juan, ngilu campur perih semakin mendominasi dirinya saat ini, siapapun tolong Juan, Juan takut saat ini. Juan tidak pernah melihat kakak nya Semarah ini. Bahkan untuk berucap tentang penjelasan mengenai barang-barang itu pun Juan tak sanggup.

Tenggorokan nya kering, nafas nya tercekat. Orang mana yang akan tetap baik-baik saja saat tubuh nya terkena cambukan selama lima jam tanpa henti.

“udah den, jangan cambuk den Juan lagi, Cukup dia kesakitan. Bibi yakin den Juan enggak salah.”

BI Inah tak kuasa menahan air matanya saat anak yang sedari kecil ia rawat kini sedang menahan sakit, darah pun mengalir dari sudut bibir anak itu, semakin membuat dadanya sesak tak tertahan.

Hujan di luar sana seakan menutup rapat Kedua telinga Reyhan, tak ada ampun untuk Juan, dia secara tidak langsung sudah melempar kotor kepada wajahnya.

Reyhan marah, Reyhan kecewa, matanya tidak bisa bohong, sangat jelas terpancar disana bahwasannya pemuda berahang tegas ini sangat amat kecewa pada adik kandung nya sendiri.

“jangan coba-coba beri dia makan, supaya dia tahu gimana rasanya kelaparan.”

Sudah susah payah Reyhan berkerja di dua perusahaan, membesarkan nya dengan penuh kasih sayang tapi ternyata Reyhan tidak mengenal siapa adik nya sendiri.

Ethereal✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang