BM-17

1.5K 181 9
                                    

Renjun tengah menangis dibawah guyuran hujan, ia berjalan menuju halte bus, ini baru jam 7 malam dan jalanan lumayan sepi padahal ini masih jam pulang kerja.

Ia tak peduli dengan panggilan orang-orang yang menyuruhnya untuk meneduh, setidaknya suara isakannya itu terendam oleh hujan. Renjun menangis bukan karena sakit hati di usir dari rumah, melainkan sakit dan perih disekujur tubuhnya. Sesekali ia terduduk di trotoar, memijit kakinya sebentar akibat tendangan Wendy. Ia bersyukur setidaknya masih hidup, bernapas saja sudah membuatnya lega.

Notif di ponselnya beberapa kali muncul, dari Jaemin, Haechan bahkan Jeno. Ia tebak gara-gara Chanyeol yang menyeretnya ke parkiran sekolah membuat beberapa orang heboh sama seperti Wendy saat itu.

Ingin sekali ia meminta bantuan Jaemin, tapi dirinya ingat akan ucapan Wendy, terlalu banyak meminta bantuan orang lain hanya akan mempersulit diri, tapi Renjun sangat butuh saat ini !

BEEP

BEEP, BEEP

Renjun sedikit menenggakan kepala, seseorang tengah keluar dari mobil dengan payung hitamnya.

"Renjun"

"Lo ternyata disini"

Lelaki yang menghampirinya adalah asisten Jaemin, Lai Guanlin pemuda asal china yang bekerja dan melayani Jaemin hampir 4 tahun.

"Ayo masuk, hujannya makin lebat"

"AW..." Renjun mengaduh kesakitan saat punggungnya disentuh oleh Guanlin.

"Lo gapapa?" Tanya Guanlin guna memastikan.

Renjun sedikit mengangguk.

"Ayo masuk, Jaemin nungguin lo"

Renjun menggeleng.

"Kenapa? Ayo lo bisa sakit kalau lama-lama kaya gini"

Tanpa diperingati pun Renjun memang sudah sakit, sakit secara mental maupun fisik. Pernah terbayang untuk mengakhiri hidup karena lelah dengan lingkungan yang toxic, tapi ia juga masih ingin hidup untuk bermain, melakukan hal yang seharusnya dilakukan di usia seperti ini.

Setelah beberapa kali memaksa si Huang, akhirnya Renjun menurut, ia memasuki mobil Guanlin. Dirasa si Huang pucat, Guanlin pun membuka jas dan memberikannya pada Renjun. Sebenarnya dari sore tadi ia mondar-mandir mencari alamat si Huang.

***

"RENJUN" Jaemin dari lantai atas bergegas turun.

"Ren lo gapapa?" Jaemin segera memeluk si Huang, ia sungguh cemas.

"Aw... Jaem sakit" keluh Renjun sambil memegang punggungnya.

"Ma-maaf..."

"...Ren mending lo ganti baju dulu, bisa-bisa masuk angin"

Renjun mengangguk dan segera ke kamarnya.

"Alin, thanks" Jaemin menepuk bahu pundak Guanlin.

Guanlin tersenyum, ia pun segera meninggalkan rumah Jaemin, masih banyak yang harus ia urus.

Melihat Renjun yang murung dan tak mau makan, membuat Jaemin khawatir. Ditambah banyak sekali bekas memar ditubuhnya, ia yakin Renjun mendapati hal sulit saat dirinya dibawa oleh Chanyeol tadi siang. Suhu tubuh Renjun mencapai 38,9°c, Jaemin berniat membawanya ke Dokter tapi si Huang selalu menolak.

"Ren, kalau butuh apa-apa panggil gue ya"

Sedikit mengangguk, ingin sekali ia menangis tapi air matanya sudah banyak terkuras hari ini. Ingin juga mengeluh dan melampiaskan kekesalannya tapi tubuhnya terlalu lelah.

Believe ME ! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang