|6| Seksi Tempat

63 9 9
                                    

Jangan lupa vote & spam komennya
.
.

HAPPY READING

●●🐢●●

Hari ini sekolah kembali di mulai. Setelah minggu lalu mereka melakukan beberapa rapat kecil dan rapat besar, kegiatan mereka hanya tinggal dua hari lagi.

Hari ini adalah hari Senin tanpa upacara karena para guru dan staff TU sedang mengadakan rapat untuk ulangan tengah semester.

Aliqa setia membaca novelnya dan duduk di bangku.

"Una, pulang sekolah nanti, kita survei tempat yuk. Tadi katanya seksi koordinasi udah koordinasi sama Wakasek prasarana soal tempat apa aja yang bakalan kita survei," ujar Desi.

"Iya boleh," ujar Aliqa.

"Nanti ya, kita sama Meisya juga, soalnya dia seksi koor-nya," ujar Desi.

Mendengar itu Aliqa hanya mengangguk.

"Gue ikut dong," ujar Satya yang tiba-tiba berdiri di depan mejanya Aliqa.

Ya, Aliqa selalu duduk di meja paling depan. Alasannya adalah agar matanya tidak cepat minus dan lebih konsentrasi dalam memahami pelajaran.

"Lah, lo siapa?" ujar Desi.

"Lo yang siapa? Anak IPA 2 main nyelonong aja," ujar Fadi di belakang satya.

"Hehe, ya udah iya gue keluar nih. Aliqa jangan lupa ya nanti," ujar Desi keluar dari ruang kelas itu.

•🐢•

"Pak, saya kan udah bilang Pak Wono pulang duluan aja."

"Gak bisa, Non. Kata Papanya Non Una, Non Una harus pulang sekarang," ujar Pak Wono yang sedari tadi membujuk Aliqa untuk pulang bersama beliau.

Atas perintah dari Papa, Aliqa diharuskan untuk pulang karena harus ikut menemui rekan kerja Papanya.

Bukan karena ingin dijodohkan tapi, karena Aliqa adalah calon pewaris utama yang akan memegang 85% saham perusahaan milik Papanya.

Walau begitu, Aliqa tetap menolak untuk ikut bersama Papanya. Karena di sini Aliqa sedang melaksanakan tanggung jawabnya juga sebagai seksi tempat.

Tapi, dengan sangat cerdas, Papanya malah mengirimkan Pak Wono untuk menjemputnya.

"Pak sepuluh--"

"Gak bisa Non, nanti kalau gaji saya yang dipotong gimana? Non kan tau, Papanya Non kalau ngancam bukan main," ujar Pak Wono.

Aliqa yang mendengar itu kini pasrah dan menghembuskan napasnya kasar. Aliqa masuk ke dalam mobil yang sudah terbuka itu disusul oleh Pak Wono. Kini mereka langsung menuju ke Bogor, tempat di mana Papanya Aliqa dan rekan kerjanya berada.

•🐢•

"Mana Aliqa? Katanya mau beli batagor ke depan?" tanya Desi pada Satya yang santai bermain ponselnya.

"Ish!"

Satya memasang raut wajah kesal dan menyandarkan tubuhnya pada tembok.

"Gue tadi liat Aliqa pulang," ujar Kyla masuk ke dalam sanggar atau ruangan untuk para pengurus Ambalan.

"Seriusan lho?" tanya Desi memastikan.

"Iya, gue juga liat. Kayanya si ada urusan penting," ujar Meisya.

"Firasat gue gak akan baik si ini. Tuh anak kan ambis banget mau jadi Pradana, tapi yang jadi malah Gina. Bisa aja kan dia bakalan bertingkah," ujar Meisya memecahkan keheningan dan membuat semua mata tertuju padanya.

Coconut Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang