Jangan Lupa Vote & Spam komennya
.
.
HAPPY READING
.
.●●🐢●●
Di depan ruang ICU, Ehsan, Fadi dan Raka duduk menunggu dokter selesai menangani keadaan Aliqa.
Dari lorong ruangan terdengar derap langkah kaki beberapa orang yang terburu-buru. Ehsan dan Raka menatap ke arah lorong tersebut. Ada Bi Sri, Pak Wono, Gina, Sherly dan Naras yang berjalan cepat kearah mereka.
"Gimana keadaan Kakak?" tanya Naras lebih dulu pada Raka dan Ehsan.
"Dokter belum selesai memeriksanya," ujar Raka. Mendengar itu, Naras menghela napasnya panjang dan terduduk dikursi.
Selang 15 menit berlalu. Mereka masih setia duduk di depan ruang ICU. Dokter keluar dari ruangan tersebut. "Siapa keluarganya?" tanya Dokter.
Naras bangkit dari duduknya dan menghampiri Dokter. "Saya. Gimana keadaan Kakak saya, Dok?" tanyanya.
"Keadaannya kritis. Kami tidak bisa memberikan harapan lebih, bahkan untuk operasi pengangkatan sel penyakitnya pun sudah tidak mungkin lagi," ujar Dokter.
Pintu ruang ICU terbuka dan menampilkan perawat yang tergesa-gesa. Perawat tersebut menatap Dokter dan teman-teman Aliqa. "Dok, oksigennya menurun," ucap perawat tersebut.
Dokter bergegas kembali masuk ke dalam ruangan. Meelihat keadaan Aliqa sekarang, "Pasang masker oksigennya!"
Perawat tersebut langsung menangani dengan sigap. Sayangnya, belum sempat memasangmasker oksigen, EKG atau Eleektrokardiografi atau alat pendeteksi denyut dan irama jantung berbunyi karena denyut jantung Aliqa melemah. Perawat langsug memasang masker oksigen pada Aliqa.
Walau begitu, denyut jantung Aliqa makin melemah. "Denyut jantungnya melemah, Dok."
"Siapkan alat pacu jantungnya. Nyalakan 1000 Joule!"
Dokter menggosokkan permukaan alat pacu jantung tersebut untuk meningkatkan detak jantung, lalu menempelkan alat tersebut pada sisi tubuh Aliqa. Tidak ada perubahan.
"1500 joule!"
"Nyalakan!"
Lagi, dokter melakukan hal yang sama. Namun, tidak ada perubahan. Detak jantungnya berhenti saat itu juga, pun dengan napasnya.
Sementara itu, di luar ruangan, Pak Wono mengabari Papa dan Mama Aliqa. Bi Sri merangkul Naras yang menangis.
"Naras!"
Naras mengangkat pandangannya dan menemukan Dokter Rafly. "Dimana Kakak kamu?"
"Di ruangan," jawab Ehsan. Dokter Rafly langsung lari masuk ke dalam ruangan. Beliau melihat Aliqa yang sedang ditangani oleh Dokter seniornya.
"Suntikkan cairan Ephineprine," ucap Dokter Rafly yang bergegas mengambil alih posisi Dokter Seniornya tersebut. Perawat tersebut tidak ingin mengambil resiko terlalu jauh, pasiennya hanya tersisa raga. Sementara Dokter Rafly ia menekan jantung Aliqa agarb membantunya berdetak kembali.
"Cepat!" lantang Dokter Rafly, perawat tersebut mengambil suntikan yang diminta dan menyerahkannya pada Dokter Rafly. Dokter Rafly bergegas menyuntikkannya pada Aliqa.
"Alat pacu jantungnya!"
Perawat menyerahkan alat pacu jantungnya lagi pada Dokter Rafly. Hal yang sudah dilakukan untuk mempertahankan denyut jantung Aliqa dilakukan juga oleh Dokter Rafly.
"2000 Joule!"
"Nyalakan!"
Dokter Rafly berusaha membuat Aliqa untuk bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coconut Ice [END]
Teen Fiction"Tunas yang menumbuhkan rasa" 🐢🤎 ●●● "HWAA!!" . . Dia memberikan satu bungkus tisu wajah dengan kemasan berwarna ungu. "Ini, buat hapus air mata," . . "Hmm" . . "Anjir gue salting!" . . ●●● Ini mengisahkan tentang seorang gadis yang menjebak dirin...