Jangan Lupa Vote & Spam komennya
.
.
HAPPY READING
.
.●●🐢●●
Setelah melewati hari yang cukup melelahkan, Aliqa kembali membuka handphone-nya. Aliqa menerima banyak pesan dari Ehsan yang memerintahkan agar dia segera memberitahu seksi koordinasi untuk mengirimkan pemberitahuan.
Baru saja Aliqa menikmati suasana yang damai dan tentram, sekarang sudah harus kembali ke tugasnya sebagai anak organisasi. Rasanya ingin mengeluh karena tugas kecil seperti itu saja dibebankan kepada Aliqa.
Walau begitu, Aliqa sangat bersyukur karena Ehsan lebih sering mengerti dia. Ehsan tidak pernah meninggalkan Aliqa tanpa sebuah perintah. Itu artinya Ehsan sudah paham bagaimana kepribadian dan sifat Aliqa.
Kini Aliqa sudah menghubungi seksi koordinasi dan melalui via chat, namun, tidak juga dibalas, hanya centang satu abu-abu. Aliqa panik, karena jam sudah hampir menunjukkan jam sembilan. Kurang dua puluh lima menit lagi jam sembilan.
Peraturannya adalah tidak boleh mengirimkan pemberitahuan setelah jam sembilan malam. Karena itu waktunya istirahat.
Akhirnya, Aliqa mengirimkan pesan pada Ehsan, namun, tak kunjung dibalas oleh Ehsan.
"Kemana si orang-orang?" tanya Aliqa pada angin malam dan berdecak kesal.
Karena lima menit berlalu tapi benar-benar tak ada tanda-tanda bahwa Ehsan akan membalas pesannya, Aliqa memutuskan untuk menelepon cowok itu.
Tutt... tutt...
Di seberang sana, Ehsan yang sedang duduk di warung nasi goreng pinggir jalan dan menikmati sedapnya rasa nasi gorengpun sadar bahwa handphone-nya mengeluarkan dering.
"Siapa nih? Malam-malam nelpon. Gak tau orang lagi laper apa," protes Ehsan.
Walaupun mengeluarkan kalimat protes, Ehsan tetap mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa nama pemanggil pada layar telepon tersebut.
"Halo? Ada apa malam-malam nelpon? Lo gak liat gue lagi makan nasi goreng ini," tutur Ehsan sambil menyuap nasi gorengnya.
Aliqa yang masih menempelkan handphone-nya itu pun melototkan mata atas kalimat Ehsan yang ia dengar tadi.
Tidak berkaca. Ehsan bahkan lebih sering menelepon Aliqa saat Aliqa sudah terhanyut dalam dunia mimpinya.
Aliqa menarik napas panjang dan mendekatkan handphone-nya itu kemulutnya.
"ULANGI?! LO BILANG APA?! LO GAK PUNYA KACA?! GUE DI SINI KEBINGUNGAN KARENA SEKSI KOORDINASI GAK ADA YANG ONLINE DAN LO MALAH ENAK-ENAKAN MAKAN NASI GORENG DAN BILANG KAYA TADI?!"
Ehsan yang di seberang sana pun menjauhkan handphone-nya dari telinganya. Ehsan melihat nama yang tertera dipanggilan tersebut. 'Un Aliqa'.
"Buset! Buwaketu nelpon," ucap Ehsan dan kembali menempelkan handphone-nya ketelinga. Menghentikan aktivitas makan nasi gorengnya. *Buwaketu = Bu Wakil Ketua
"Bawa sabar dulu ya, Bu. Harus sabar...," ujar Ehsan berusaha menenangkan singa yang meneleponnya.
Sementara Aliqa sudah sangat kesal, bagaimana bisa sabar dengan jam yang sudah mepet.
"Jadi, gue harus apa?!" tanya Aliqa sambil berjalan melihat ke arah meja belajarnya dan duduk disana.
"Beneran belum di bales?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coconut Ice [END]
Teen Fiction"Tunas yang menumbuhkan rasa" 🐢🤎 ●●● "HWAA!!" . . Dia memberikan satu bungkus tisu wajah dengan kemasan berwarna ungu. "Ini, buat hapus air mata," . . "Hmm" . . "Anjir gue salting!" . . ●●● Ini mengisahkan tentang seorang gadis yang menjebak dirin...