|17| Musyawarah A (½ dulu gengs)

43 8 9
                                    

Jangan Lupa Vote & Spam komennya
.
.
HAPPY READING
.
.

●●🐢●●

Melintasi gerbang sekolah usai menuruni mobil, Aliqa, dengan seragam pramuka lengkapnya dan tas kesayangannya berjalan menuju ke sanggar.


Aliqa berangkat sekolah seperti biasa, diantar oleh Pak Wono. Saat memasuki gerbang tadi, tak lupa ia memberikan senyuman pada Pak Satpam penjaga sekolahnya. Seramah itu Aliqa.

Sampanya di sanggar ia langsung melepaskan sepatu dan masuk ke dalam sanggar untuk menaruh tasnya. Ternyata di sana sudah ada Meisya, Kyla dan Devanie. Waw, pagi sekali mereka datang.

"Kalian pagi banget datangnya," ujar Aliqa sambil menaruh tasnya lalu bercermin membenarkan 'setangan leher' serta memasang 'boni', topi pramuka untuk cewek.

Mendengar penuturan Aliqa, Meisya merasa tersinggung. Karena ia masih mengingat jelas kejadian kemarin saat gladi bersih, jujur ia kesal dengan Aliqa.

"Ya iyalah. Bawahan kan emang harus nyiapin semuanya dan atasan tinggal bersantai aja," ujar Meisya dengan nada menyindir.

Aliqa acuh. Tak tersinggung sedikitpun. Aliqa juga sudah selesai merapikan perkapnya. Ia berjalan menuju ke arah berkas apa saja yang akan dibawa ke aula. Setelah mengambil berkas tersebut, ia langsung berjalan meninggalkan sanggar.

Tanpa berbalik badan, Aliqa berujar, "Gue duluan ya."

Saat hendak memasang sepatu, Aliqa di bantu oleh seseorang dan itu membuat Aliqa terkejut karena ada yang memegangi kakinya. Serta memposisikan kakinya dengan pas pada sepatu.

"E-eh, gak usah, Zal," ucap Aliqa sambil berusaha menarik kakinya lagi. Namun, Raka atau biasa dipanggil Akzal, ia tetap membantu Aliqa dan membuat Aliqa hanya mengikuti tanpa berkutik lagi.

Aliqa mematung terdiam saat Raka selesai memakaikannya sepatu. Raka menyadari itu, ia melambaikan tangan di depan Aliqa dan membuat Aliqa berkedip sadar.

"Oh, iya. Terima kasih atas bantuannya," ujar Aliqa.

Raka mengangguk dan melihat ke dalam sanggar.

"Di dalam udah ada siapa aja?" tanya Raka.

Aliqa mengikuti pandangan Raka yang melihat ke dalam sanggar. "Meisya, Kyla sama Devanie," jawab Aliqa.

Raka hanya menganggukkan kepalanya. Tak lama, Gani datang dengan tas dan helm nya. Motornya sudah ia parkirkan rapi diparkiran.

"Baru berdua?" tanya Gani.

Aliqa menggeleng dan Raka yang menjawab. "Udah ada yang lain di dalam. Lo mau ke dalam kan naruh helm sama tas?"

Belum di jawab oleh Gani, Raka lebih dulu melepaskan tasnya dan menyerahkan pada Gani. "Nitip, gue mau ke aula bantuin Aliqa naruh berkas. Kalau yang lain udah datang suruh langsung ke aula aja," ucap Raka.

"Oke," jawab Gani.

Gani langsung berjalan masuk ke dalam sanggar sambil membawa dua tas dan satu helm. Sementara, Raka, ia masih dengan Aliqa di depan sanggar.

"Yuk!" ajaknya pada Aliqa.

Aliqa merespon dengan anggukan dan mengikuti langkah Raka menuju ke aula. Saat menyusuri koridor, hanya ada hening diantara mereka berdua. Bisa dibilang canggung.

Sampai akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk saling mencari topik pembicaraan.

"Rak--"

"Al."

Secara bersamaan mereka memanggil nama satu sama lain. Mereka kembali canggung, Raka menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan Aliqa terdiam menatap ke depan.

"Lo dulu," ujar Aliqa pada Raka tanpa menatap Raka.

Raka menatap Aliqa yang lebih pendek darinya. Ia tersenyum dan menyuruh Aliqa untuk berbicara lebih dulu. "Lo aja."

Aliqa sesekali mendongak menatap Raka yang ada di sampingnya. "Gak papa, lo aja duluan, nanti gantian." ujar Aliqa.

Raka menuruti ucapan Aliqa.

"Gimana rasanya jadi wakil ketua sangga kerja?" tanya Raka pada Aliqa dengan senyum ramahnya.

Ah, rasanya melihat senyum Raka di pagi hari bisa meningkatkan semangat menjadi berkali-kali lipat.

"Lumayan si, capek ada, senangnya juga ada," jawab Aliqa.

Saat Raka hendak melontarkan pertanyaan kedua, mereka dikejutkan oleh kedatangan Ehsan yang menepuk bahu mereka berdua.

"PAGI GUYS!"

Raka dan Aliqa menghentikan langkah mereka dan spontan membalikkan badan menatap kesal pada Ehsan.

"Gak usah ngagetin bisa gak?" ujar Raka.

"Untung gue gak ada riwayat penyakit jantung. Kalau ada terus gue mati mendadak gimana?" tanya Aliqa dengan raut wjaha kesal ditambah emosi.

"Tinggal di mandikan, di sholatkan dan di kuburkan," ujar Ehsan dengan santai lalu berjalan melintas di antara Aliqa dan Raka.

Aliqa sangat kesal. Dengan spontan, ia membalikkan badan dan mengejar Ehsan. Saat tepat dibelakang Ehsan, Aliqa berjinjit sambil menjewer telinga Ehsan, membuat sang empunya mengaduh kesakitan.

"Aduh! Sakit, Bu!"

Aliqa tertawa puas melihat Ehsan mengelus-elus telinganya yang memerah.

"Makanya jangan mulai jahil duluan," ujar Aliqa.

Ehsan terkekeh dan menatap Aliqa. "Ya, maaf." Aliqa hanya mengangguk. Ehsan dan Aliqa berjalan berdua menuju ke aula.

Raka yang hanya melihat punggung Aliqa dan Ehsan hanya menghembuskan napasnya dan ikut berjalan dengan santai.

Seakrab itu mereka? Batin Raka sambil terus melangkah menuju ke aula.

Saat sudah berada di aula, mereka langsung menata kembali aula dan menyiapkan sambungan proyektor serta sound system.

Satu persatu, para panitia lain juga berdatangan dan membantu semua aktifitas di aula ini.

Waktu berlabuh dengan sangat cepat, tadi masih pukul 06.00 WIB dan kini jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Satu persatu, anggota musyawarah dari sangga intipun berdatangan.

Mereka menempati kursi masing-masing sesuai arahan dari bindam yang telah ditugaskan.

Sementara Ehsan dan Aliqa, mereka duduk dikursi paling belakang untuk memantau yang mengikuti zoom. Karena musyawarah kali ini ada yang tidak bisa berangkat dan memang sedang diluar kota. Berbagai macam alasan. Mulai dari acara keluarga, liburan di luar kota hingga mengurus kandang ayam.

Maka dari itu, mereka sengaja membagi dua kelompok, offline dan online. Tentunya yang online juga ada bagiannya masing-masing bagi pengurus mereka. Contohnya Aliqa dan Ehsan kali ini.

"Gue ke kepala sekolah dulu, mau manggil beliau, acara dan mau di mulai, lo di sini aja nungguin ini ya," ujar Ehsan sambil berjalan meninggalkan Aliqa.

Aliqa mengangguk mengerti dan masih setia duduk diam di sana.

-bersambung-

Coconut Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang