Jangan Lupa Vote & Spam komennya
.
.
HAPPY READING●●🐢●●
"Gue duluan!" ujar Aliqa berlari mengejar punggung Fathan yang masih terlihat.
Saat Aliqa sampai di belakang Fathan. Aliqa menepuk bahu Fathan. Fathan yang merasa bahunya di tepuk memalingkan pandangannya.
"Aliqa. Apa?" tanya Fathan.
"Gak papa. Buruan turun," ujar Aliqa yang berusaha mendahului Fathan.
Tanpa Aliqa sadari, saat lagi-lagi hampir terpeleset, tangan Aliqa digenggam kuat oleh Fathan.
"Terima kasih," ujar Aliqa yang diangguki oleh Fathan.
Fathan membantu Aliqa turun dari bukit tersebut. Jalanan yang dilalui bisa terbilang licin.
Walaupun berumput, tapi, tetap saja ada gesekan antara rumput dan tanah, sehingga mampu membuat siapapun yang lengah akan terpeleset.
Aliqa sudah sampai di bawah, benar-benar berada pada rute yang datar dan 100 meter dari penglihatannya ada hamparan sawah hijau dan ladang kosong.
Bagi Aliqa ini bukan hanya perjalanan survei biasa, tapi, juga perjalanan menenangkan diri dari keributan antara pikiran dan hati.
"Bunda!!"
Mendengar suara itu Aliqa menengok ke belakang, ia sudah melihat Meisya yang ditangkap oleh Fadi.
"Hahahaha!"
Yang lain menertawakan Meisya yang hampir terpeleset. Untung ada Fadi yang menangkapnya sehingga tidak jatuh terhempas ke tanah.
"Makanya Mei, hati-hati!" ujar Gani dari atas sana yang masih membantu yang lain turun.
"Nah, cemburu si lu tadi sampai ngomong kasar lagi," ujar Sherly mendahului Meisya.
"Lepasin!" Protes Meisya.
Fadi melepaskan Meisya yang belum siap untuk berdiri sendiri dan membuat Meisya malah terjatuh dari jedanya tadi.
"Sialan, Fadi!"
"Kan lo yang nyuruh lepasin," ujar Fadi membela diri, tapi, benar juga kata Fadi.
Meisya bangkit dengan bagian belakang celana dipenuhi tanah dan rerumputan yang menempel.
Meisya mengingat satu hal dan menacri keberadaan Aliqa yang ia tidak lihat dari tadi.
"Aliqa mana?" tanya Meisya pada Fadi dan membuat semua perhatian menatapnya.
Meisya panik dan berteriak memanggil nama Aliqa.
"Aliqa!"
"Oy!"
Aliqa menjawab panggilan Meisya dengan lambaian tangan.
Ternyata Aliqa tengah duduk di bawah bukit bersantai menikmati pemandangan yang indah.
"Gue kira lo balik duluan," ujar Meisya berjalan menghampiri Aliqa. Aliqa hanya terkekeh dan memeriksa hasil potretannya.
Meisya melihat hasil potretan Aliqa. Meisya kagum, karena Aliqa ternyata pandai memotret juga.
"Yuk!"
Raka menepuk bahu Aliqa. Mata mereka berdua kembali bertaut.
"Iya?"
"Lo leader lagi, lo kan kuat," ujar Raka mengulurkan tangannya membantu Aliqa berdiri.
Aliqa tersenyum dan menyambut uluran tangan itu dan berdiri tepat di depan Raka.
"Terima kasih, Ka," ucap Aliqa dengan senyumannya.
"Oke, duluan aja nanti kalau bingung tanya aja gak papa oke?"
Aliqa mengangguk dan berjalan lebih dulu.
Di area lahan kosong, Aliqa ragu untuk melewati jembatan yang terbuat dari tiga bambu.
"Kenapa?" tanya Raka yang mendahuluinya.
"Yakin bisa lewat sini?"
"Ya bisa lah. Ini tuh biasa dipakai petani juga buat bawa kerbau," ujar Ehsan menatap Fadi.
"Kok kerbaunya ke arah gue si!"
Semua terkekeh melihat ekspresi Fadi.
"Fathan, tolongin dia dulu pegangin tangannya buat nyeberang gue mau ngecek yang cewek-cewek yang masih jauh," ujar Raka berjalan meninggalkan barisan ini.
"Modus! Bilang aja ngecek Kyla!" ujar Ehsan.
Raka tetap tidak peduli dan melanjutkan langkahnya. Sementara Aliqa masih setia menatap horor jembatan itu.
"Gak papa," ujar Fathan. Aliqa menatap wajah Fathan di sampingnya.
"Kalau gue mati gimana?" tanya Aliqa dengan raut wajah horor.
"Ya, di kubur," jawab Gani.
"Kata Raka lo kuat, mana mungkin mati cuman ngelewatin jembatan bambu ginian," ujar Ehsan berjalan dan berada di tengah jembatan bambu itu.
"Sini!"
Ehsan berjalan kembali ke arah Aliqa dan menggandeng tangan Aliqa.
"Gak usah takut, gue jagain," ujar Ehsan membantu Aliqa menyeberangi jembatan itu.
Aliqa mengangguk dan mengikuti langkah Ehsan perjalan agar tidak terjatuh.
•🐢•
Setelah perjalann yang sangat panjang dan panas matahari sudah berada di puncaknya.
"Mau es gak?" tanya Devanie yang sedari tadi menunggu motor bersama Dila.
"Maulah!"
Dengan kompak, rombongan perjalanan itu menjawab.
Devanie mengeluarkan sekantong berisi bungkusan es kelapa muda. Terlihat sangat segar.
Aliqa yang sudah sangat haus langsung mengabil kantong itu dan meminumnya.
"Seger banget!" pekik Aliqa yang sekali sedotan langsung habis.
Semua menganga melihat Aliqa yang kembali mengambil sekantong es kelapa muda itu.
"Kenapa?" tanya Aliqa yang menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh teman-temannya.
"Lo gak kembung?" tanya Wafa yang bersandara di tembok dan duduk di samping Fadi.
"Haus gue," ujar Aliqa kembali menghabiskan kantong es kedua itu.
"Raka, lo haus gak?" tanya Kyla sambil menyerahkan sekantong es kelapa muda pada Raka.
Raut wajah Aliqa yang awalnya bercanda dengan Fadi dan Wafa berubah menjadi datar. Aliqa merasakan ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
•🐢•
Kini Aliqa sudah berada di kamarnya.
Seelsai acara meminum es kelapa tadi, Aliqa langsung pulang karena rasanya sudah sangat lelah.
Bahkan, ia lupa untuk makan siang karena setelah pulang itu memilih merebahkan badannya sebentar di kasur hingga tak sengaja ketiduran.
Aliqa terbangun tepat saat senja mulai menenggelamkan dirinya. Saat kumandang adzan menggema ditelinganya.
Aliqa langsung bergegas membersihkan diri dengan mandi dan berganti pakaian lalu pergi untuk makan malam.
Setelah makan malam, Aliqa seperti biasa langsung kembali ke dalam kamarnya.
Aliqa tersenyum mengingat hal tadi, seberapa manis yang Raka lakukan terhadap dirinya.
"Raka manis juga."
~~🐢~~
HALLO READERS!
Apa kabar?
~🐢~
Part kali ini beneran pendek banget si, karena lagi buntu sama kalimat.Maybe, next part akan sepanjang jalan kenangan.
~🐢~
Arigatou💓
~🐢~
See You Next Part👋🐢
KAMU SEDANG MEMBACA
Coconut Ice [END]
Teen Fiction"Tunas yang menumbuhkan rasa" 🐢🤎 ●●● "HWAA!!" . . Dia memberikan satu bungkus tisu wajah dengan kemasan berwarna ungu. "Ini, buat hapus air mata," . . "Hmm" . . "Anjir gue salting!" . . ●●● Ini mengisahkan tentang seorang gadis yang menjebak dirin...