Jangan lupa vote & spam komen
.
.
.
Happy Reading
●●🐢●●Setelah kejadian bulan lalu, kini Aliqa harus mengikuti segala ucapan dari Ehsan. Entahlah, benalu satu ini sangat merepotkan hidupnya.
Tapi, selalu berhasil membuatnya tunduk. Kadang benalu ini membawakan makanan untuk Aliqa.
Senang.
Tapi, Aliqa juga kesal karena, bagaimana ia bisa mendekati crush-nya jika Ehsan hampir setiap jam memantaunya.Sebentar? Crush? Aliqa punya crush? Siapa? Bukannya Aliqa balikan sama Atha? Oh, masalah itu, hanya Aliqa yang tahu.
Untuk Atha, bahkan Ehsan melarang Aliqa untuk bertemu Atha.
Menyebalkan. Manusia tidak sadar diri dan batu. Itulah yang ada di otak Aliqa mengenai sosok Ehsan.
Kini Aliqa sudah berada di sanggar mempersiapkan kegiatan selanjutnya.
Dari sini, Aliqa akan bersama dengan Devanie mengantarkan surat pemberitahuan dan undangan kepada yang bersangkutan.
Tapi, karena Devanie masih ada jam tambahan untuk ekstrakurikuler band, jadi, Aliqa harus menunggu sedikit lebih lama.
"Belum pulang, Al?" tanya Raka yang melepas sepatu di teras sanggar itu.
"Belum. Mau anter surat sama Devanie," ujar Aliqa sambil memperhatikan Raka yang melepas sepatunya.
"Di dalam ada siapa?" Raka berjalan dan mendekati arah pintu masuk.
"Fadi, Fatan, Samuel, Aneisha, sama Ratih," jawab Aliqa.
Mendengar itu, Raka mengangguk dan berjalan masuk ke dalma sanggar.
Sementara Aliqa masih menunggu Devanie dengan handphone di tangannya.
"Lama banget si Dev–"
"Aliqa! Yok!"
Belum selesai Aliqa mengucapkan keluh kesahnya, Devanie sudah datang dengan pianika di tangan kirinya.
"Pianikanya mau ditaruh di sanggar dulu?" tanya Aliqa.
"Boleh, tolong dong," ujar Devanie.
Aliqa mengambil pianika yang diserahkan oleh Devanie yang menyerahkan pianika itu dan menaruh pianika tersebut ke dalam sanggar. Tepatnya, disamping pintu sanggar.
"Hai, Devanie, Aliqa! Rakanya ada?" Sapa Kyla yang datang sendirian.
"Ada, lagi di dalam," ujar Aliqa yang memasang sepatunya.
"Kita duluan ya," ujar Devanie.
Devanie dan Aliqa menuju ke lobi sekolah untuk menyerahkan surat kepada yang bersangkutan.
"Ey, Sat!"
Aliqa memanggil Satya yang berjalan sembari memakan ciloknya.
"Apa?" tanya Satya setelah menelan ciloknya.
"Ayok temenin anter surat," ajak Aliqa.
"Ogah!"
"Weh! Ini tanggung jawab lo juga, ayok sekalian tanya-tanya soal survei dan lainnya," ujar Devanie.
Satya segera menghabiskan ciloknya dan membuang bungkus cilok itu.
Mencari keran cuci tangan dan berjalan ke arah Devanie dan Aliqa.
"Ayok!"
Kini mereka berjalan masuk ke dalam lobi. Di sana sudah ada Pak Sutri yang berbincang dengan Pak Roni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coconut Ice [END]
Teen Fiction"Tunas yang menumbuhkan rasa" 🐢🤎 ●●● "HWAA!!" . . Dia memberikan satu bungkus tisu wajah dengan kemasan berwarna ungu. "Ini, buat hapus air mata," . . "Hmm" . . "Anjir gue salting!" . . ●●● Ini mengisahkan tentang seorang gadis yang menjebak dirin...