Jangan Lupa Vote & Spam komennya
.
.
HAPPY READING
.
.●●🐢●●
"Aliqa!"
"Iya, sebentar!"
Aliqa lalu membuka pintu kamarnya. Ia melihat Raka yang sedang membawa nampan sarapan dan obatnya. "Silakan masuk," ujar Aliqa mempersilakan Raka masuk ke dalam kamarnya dan meletakan sarapan serta obat untuk Aliqa.
Raka lalu duduk di sofa yang ada di kamar Aliqa. Aliqa berdiri menatap Raka. "Sampai kapan lo tiap pagi ke sini buat cek keadaan gue?" tanya Aliqa pada Raka.
Raka pura-pura berpikir. "Sampai Dokter Rafly menyatakan lo baik-baik aja," ujarnya. Hal tersebut membuat pipi Aliqa blushing dan Aliqa tersenyum.
"Bubur Ayam tiga porsi datang!" Seseorang muncul dari ambang pintu kamar Aliqa dan menenteng tinggi-tinggi bungkus bubur ayam.
"Awas tumpah!" ujar Aliqa berlari kearah orang itu dan meraih plastik berisi bubur ayam tersebut.
"Kali ini kuahnya dipisah," ujar orang itu.
Raka menatap orang terebut yang kini duduk disampingnya. "Keduluan lo mulu gue," ujarnya dengan raut dibuat-buat.
"Ehsan kan selalu ketinggalan," ucap Aliqa yang meletakkan bubur ayam tersebut masing-masing ditangan Raka dan Ehsan, lalu memegangnya satu.
Ehsan memasang wajah memelas. "Gak usah gitu mukanya. Bikin orang gak napsu makan," ujar Aliqa. Raka tertawa puas mendengar itu.
"Ngomong-ngomong nih ya. Besok kan ambil ijazah, nah—"
Kalimat Ehsan terputus karena Raka melontarkan pertanyaan lebih dulu pada Aliqa. "Lo berangkat sama siapa? Gue atau Ehsan?"
Aliqa menatap bergantian kearah Ehsan dan Raka. Ia lalu membuka bungkus buburnya sambil menjawab pertanyaan Raka. "Pak Wono."
"Lah?!" Raka dan Ehsan menatap Aliqa tak terima.
"Kan ada gue?" ujar Ehsan. Lalu Raka mengangguk menyetujui ucapan Ehsan. "Ada gue juga," ucapnya.
Aliqa tersenyum dan menatap kearah dua temannya itu. "Ada Pak Wono yang siap antar jemput gue kapanpun dan dimanapun," ujar Aliqa.
"Jadi, sama Pak Wono aja nih?" tanya Ehsan. Alliqa mengangguk sebagai jawaban.
•🐢•
Dengan setelah baju berwarna crystal dan rok selutut berwarna cokelat pastel, Aliqa menginjakkan kakinya di depan lobi. Ia hanya diantar oleh Pak Wono sampai depan gerbang sekolah. Ia yang meminta.
Aliqa lalu masuk ke dalam sekolahnya dan menuju ke kelasnya. Sudah ada teman-temannya yang lain juga. Aliqa hanya melihat ke dalam kelas dan memilih duduk di depan kelas saja. Menunggu wali kelasnya datang dan membagikan ijazah.
"Aliqa!"
Gina menghampiri Aliqa sendirian. Dari raut wajahnya sepertinya ia tengah tergesa-gesa. Aliqa menatap Gina dan memberikan sekat agar bisa duduk di kursi tersebut juga.
"Kenapa, Gin?" tanya Aliqa pada Gina.
Gina menatap Aliqa. "Kakak kelas minta kita jadi panitia reunian organisasi mereka." Mendengar itu, Aliqa melototkan mata dan berkedip-kedip.
"Gimana dong? Mau nolak juga gak enak. Mau setuju juga—"
"Tenang aja! Kita bahas sepulang dari sini sama anak-anak yang lain gimana?" tutur Aliqa memberikan ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coconut Ice [END]
Jugendliteratur"Tunas yang menumbuhkan rasa" 🐢🤎 ●●● "HWAA!!" . . Dia memberikan satu bungkus tisu wajah dengan kemasan berwarna ungu. "Ini, buat hapus air mata," . . "Hmm" . . "Anjir gue salting!" . . ●●● Ini mengisahkan tentang seorang gadis yang menjebak dirin...