Krist memasuki ruangan ICU, tatapan sendu ia layangkan pada tubuh pucat pasi dengan beberapa alat bantu yang menopang hidupnya. Krist tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang di derita oleh adik kecilnya itu.
Tangan Krist terulur untuk menyentuh kepalanya, mengusap lembut surai rambut perempuan berusia 16 tahun itu. Andai saja semuanya tidak terjadi, pasti saat ini keluarganya masih harmonis seperti dulu.
Ingatannya kembali pada saat sebelum kejadian. Orang tua Krist dan adiknya hendak menghadiri sebuah pesta pernikahan keponakan mereka di luar kota. Saat sampai di perbatasan Kota Bangkok, tiba-tiba sebuah truk hilang kendali dan menabrak beberapa mobil dan sepeda motor didepannya. Jika Krist tau semua akan berakhir seperti ini, maka Krist akan menghalangi mereka untuk pergi.
Pada waktu itu Krist tidak bisa ikut lantaran toko tempatnya bekerja sedang memiliki banyak pesanan, sehingga ia tidak bisa mengambil cuti. Krist bekerja di sebuah toko kue pinggir jalan, tidak begitu terkenal tapi kualitasnya bisa di adu dengan kue yang dijual di mal.
"Nong, kenapa kamu belum bangun juga? Tidak rindu dengan phi?"
Rasanya sangat menyakitkan melihat orang terkasihnya terbaring tak berdaya di tempat tidur. Jika saja Krist bisa menggantikan rasa sakit adiknya, pasti akan Krist lakukan. Baginya, lebih baik merasakan sakit sendiri daripada melihat orang yang ia sayangi kesakitan.
Seorang suster masuk membawa beberapa alat medis untuk pemeriksaan rutin. Krist sedikit menjauh untuk membiarkan suster itu menjalankan tugasnya.
"Bagaimana keadaan adik saya, sus?"
"Khun Love belum menunjukkan berubahan yang signifikan, khun. Kami juga belum bisa memastikan kapan pasien akan sadarkan diri." Jelasnya sembari mengganti infus yang telah habis.
"Terima kasih, sus."
Sebelum pergi suster kembali mengingatkan Krist bahwa tenggang waktu pembayaran rumah sakit adalah besok pagi, jika tidak, maka semua alat penopang hidup Love akan dilepas. Krist tentu ingat, karena seharian ini pikirannya hanya itu.
Krist tiba-tiba mengingat sesuatu, tangan kanannya merogoh sebuah kertas kecil ukuran persegi dari sakunya.
Singto Prachaya Ruangroj
___________________President Director
Ruangroj Corporation.Krist memainkan kartu nama itu dengan jemarinya, pikirannya mencoba menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi apabila ia menerima ide gila yang disampaikan orang yang bersama Singto itu. Masih segar di ingatan Krist setiap kata yang keluar dari mulut pria sombong yang ia temui kemarin.
"Aku akan memberimu uang berapapun yang kau mau, tapi lahirkan anak untukku."
Krist begidik ngeri mengingatnya, pria gila mana yang tiba-tiba mendatanginya dan meminta untuk mengandung anaknya, bahkan Krist hanya mengetahui pria itu melalui acara televisi yang biasa ditonton oleh ibunya dulu, tidak lebih dari itu.
Tapi setelah Krist pikir lagi, jika ia menerima tawaran pria itu, maka ia bisa membayar tagihan rumah sakit hingga adiknya sembuh. Bukankah itu cara yang mudah itu mendapatkan uang tanpa jaminan? Toh, Krist hanya perlu menyewakan rahimnya bukan menjual dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfiction[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...