Pagi ini Singto terbangun di kamar yang berbeda dari kemarin, ya benar saja karena ia memutuskan untuk tidur terpisah dengan Krist sejak kejadian semalam. Ia ingin memberikan ruang untuk Krist menenangkan dirinya sendiri.
Singto mengacak rambutnya frustrasi, ia benar-benar menyesali perbuatannya semalam. Akibat tidak bisa mengendalikan nafsu, ia menyakiti pria manisnya itu, lagi. Entah bagaimana sekarang Singto bisa menampakkan wajahnya di depan Krist, dia pasti masih ketakutan.
"Sial!" Teriaknya.
Tak peduli dengan pikiran negatifnya, Singto langsung pergi ke kamar Krist. Ia sangat khawatir dengan kondisi pria manis itu. Namun ketika Singto membuka pintu, kamar itu kosong.
"Krist. Krist. Kau dimana? Apa kau di kamar mandi?" Teriak Singto panik.
Singto mengetuk pintu kamar mandi dengan tergesa, namun tak ada jawaban sama sekali. Ia pun memutuskan untuk membuka pintunya setelah beberapa kali ketukan terabaikan.
Tidak ada Krist di dalam sana.
Pria itu semakin gelisah, tapi sebuah benda sedikit menenangkan dirinya. Koper. Koper Krist masih berada disana lengkap dengan baju-baju dan peralatan lainnya. Berarti Krist tidak pergi jauh.
Langkah kakinya menyusuri setiap sudut villa, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Krist. Singto keluar, mencari pria manis itu di sekitar pantai, tapi tetap tak menemukannya.
Singto mengusap wajahnya gusar, ia sangat mengkhawatirkan Krist, "Kemana kau, Krist?"
"Aku disini," ucap Krist.
Singto menoleh ke belakang dan mendapati pria yang dicarinya barusan telah berada di depan matanya. Ia tersenyum senang, tangannya bergerak untuk merengkuh tubuh pria manis itu, namun tak sampai.
"Maaf," ucapnya. Singto kembali menurunkan tangannya, "Kau dari mana saja? Aku mencarimu daritadi."
Krist mengangkat kotak yang terbungkus plastik ke hadapan Singto, "Aku membeli kepiting pedas di resto ujung sana."
"Astaga, Krist. Kenapa tidak bilang padaku? aku bisa membelikannya untukmu. Kau tau, aku sangat mengkhawatirkanmu saat kau tidak ada di villa."
Krist menampakkan wajah memelas dengan puppy eyes yang membuatnya terlihat begitu menggemaskan. Singto ingin kesal pun menjadi tak tega. Ia hanya bisa menghela nafasnya berat kemudian mengajak Krist untuk kembali ke villa.
"Kau duduk saja, biar aku yang menaruhnya di piring," ujar Singto.
Pria itu membawa makanan yang dibeli oleh Krist dan menuangkannya di wadah, setelah itu menaruhnya di meja makan. Keduanya masih diam membisu, hanya suara dentingan sendok yang menjadi penghilang sepi.
"Krist/Khun," panggil mereka secara bersamaan.
"Kau duluan saja," ujar Krist.
Singto mengambil nafas besar sebelum menatap pria manis itu dalam, ia ingin menyalurkan setiap rasa sesal lewat matanya. Namun, Krist segera memutus pandangannya dan menatap ke arah lain.
"Krist, aku ingin meminta maaf soal--" ucap Singto terpotong karena Krist langsung menyelanya, "Aku tidak ingin membahasnya lagi."
"Tapi aku benar-benar menyesal, Krist. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, sungguh."
"Aku tau," balas Krist dengan memaksakan senyumnya. "Bisakah kita tidak melanjutkan pembicaraan ini lagi?" Lanjutnya.
"Baiklah. Tapi kau harus berjanji padaku untuk mengatakan semua yang membuatmu tidak nyaman. Kau boleh menolak, jangan hanya diam dan menangis sendiri seperti kemarin malam. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfiction[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...