Bagian 5

2K 182 14
                                    

Satu bulan setelah inseminasi, Krist belum juga mendapatkan kabar bahagia. Setiap minggu, ia selalu memeriksakan keadaannya ke dokter. Dari hasil USG tidak ditemukan tanda-tanda kehamilan, padahal tanda itu harusnya sudah terlihat 2 minggu setelah proses penyuntikan sperma.

Krist harusnya senang karena ia tak mengandung anak orang asing, tapi kali ini tidak, Krist merasa cemas. Bagaimana jika Singto tau bahwa dirinya tak kunjung hamil? Pasti pria itu akan sangat marah padanya. Krist tidak takut dimarahi, tapi Krist takut jika ia dikira menipu dan menuntut ganti rugi. Uang dari mana untuk membayar semua itu?

Dokter mengatakan jika proses pembuahan gagal itu sering terjadi, karena metode buatan memang tidak menjamin 100% berhasil. Dokter sempat menyarankan metode bayi tabung, tapi biayanya sangat mahal dan seperti metode buatan yang lain, dokter tidak bisa menjamin 100% keberhasilannya.

Krist memainkan ujung baju yang dikenakan saat mendengarkan penjelasan dari dokter. Ia sendiri tidak tau apa yang harus dilakukan saat ini. Jangankan apa yang dilakukan, bagaimana cara memberitahu Singto saja Krist tidak tau. Jika ada cara yang bisa Krist lakukan untuk lari dari semua ini, pasti akan Krist lakukan.

Suara pintu terbuka membuyarkan diskusinya dengan dokter. Krist terkejut saat mendapati Singto yang membuka pintu. Jika dokter membuka mulutnya, maka akan tamat riwayat Krist.

"Bagaimana dok, apa dia sudah mengandung?" Tanya Singto sembari menaruh pantatnya di kursi sebelah Krist.

Krist menutup mata dan meremat jari tangannya sendiri saat dokter menjelaskan ulang seperti yang dikatakan sebelumnya pada Krist. Sialan, apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Semua keputusan ada di tangan anda, khun. Kami hanya menyarankan metode yang lebih baik daripada suntik sperma."

"Tidak, aku tidak mau mengeluarkan uang sebanyak itu untuk penipu sepertinya." Ujar Singto dengan menatap Krist tajam.

Krist membuka matanya dan membalas tatapan Singto. Sesuai dengan dugaannya, pria sombong itu mengira bahwa Krist menipu. Padahal dokter sudah mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi gagalnya metode ini.

"Aku bukan penipu!"

"Jika bukan, lalu apa sebutannya? Jangan-jangan kau juga berpura-pura memiliki rahim."

Krist naik pitam, tangannya mencengkram kuat kerah jas yang digunakan Singto. "Sialan, aku bilang aku bukan penipu!"

Dokter melerai mereka berdua dan mengingatkan bahwa mereka sedang berada dirumah sakit. Krist kembali ke tempatnya semula dengan amarah yang masih belum tuntas, sedangkan Singto membenarkan jasnya sembari menatap sinis pria disampingnya.

"Harap tenang, khun Singto, khun Krist. Tidak ada yang salah dengan kalian berdua. Khun Singto memiliki kualitas sperma yang bagus dan khun Krist juga memiliki rahim yang sehat. Hanya saja, kehamilan pada pria tidak semudah yang dialami oleh wanita, sehingga prosesnya mungkin gagal karena kita tidak memilih waktu yang tepat, dimana sel telur belum matang sehingga proses pembuhan tidak bisa dilakukan. Jika anda bersedia, kami bisa melakukannya sekali lagi dengan menentukan waktu yang tepat."

Singto dan Krist masih sama-sama membisu, belum ada dari mereka yang membuka suara. Raut wajah masih sama, penuh amarah satu sama lain. Dokter hanya menghela nafasnya kasar. Jika terus seperti ini, haruskah ia menyerah menanganani dua orang yang sama-sama keras kepala ini?

"Baiklah, kita lakukan sekali lagi. Tapi jika ini tidak berhasil, maka aku akan menuntutmu." Tegas Singto.

Dokter segera melakukan pemeriksaan kembali untuk menentukan waktu yang tepat agar tidak terjadi kegagalan lagi, meskipun peluang untuk gagal masih terbuka lebar.

Surrogate [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang