Pesawat yang ditumpangi oleh Singto mendarat mulus di Bandara Don Mueang International Airport. Setelah foto ciumannya dengan Krist tersebar di media, ia langsung memutuskan untuk kembali ke Bangkok dan tak melanjutkan liburannya. Bahkan ia meninggalkan Krist di Phuket seorang diri, hanya ditemani beberapa orang suruhnya untuk mengawasi dari jauh dan berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Bukan tanpa alasan, Singto meninggalkan Krist untuk alasan keselamatannya. Ia tau setelah ini pasti banyak media yang akan menyorotnya atau bahkan membututinya untuk mengorek informasi tentang foto yang telah beredar. Singto sangat tau kejamnya dunia entertain, ia tak ingin menambah beban pria manisnya itu.
Benar saja, saat Singto melangkahkan kaki di bandara, para wartawan sudah berjejer memenuhi tempat itu. Entah informasi dari mana yang mereka dapatkan hingga tau kepulangan Singto, yang jelas mereka semua sudah bersiap dengan kameranya.
Untung saja Singto sudah mengantisipasi keadaan seperti ini, ia menyuruh anak buahnya untuk menjemputnya dengan helikopter sehingga ia tidak perlu melewati kerumunan wartawan itu.
"Bagaimana keadaan di luar?" Tanya Singto pada anak buahnya.
"Kacau, tuan. Para wartawan bukan hanya memenuhi bandara tapi mereka ada di semua akses anda."
"Sialan!"
Singto meminta pilot untuk mendarat di apartemennya karena saat ini tempat itu adalah tempat paling aman. Tidak banyak yang tau jika ia memiliki unit apartemen. Mungkin untuk hari ini ia akan tinggal disana dan menghubungi Tawan untuk berbicara tentang kasus yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat.
Pria tampan itu berdecak kesal saat ponselnya terus saja berbunyi di dalam sakunya. Suasana hatinya sedang buruk sehingga ia tak ingin mengangkat panggilan dari siapapun. Toh ia sudah tau apa yang akan dibicarakan orang-orang itu ketika ia mengangkat teleponnya.
Singto tidak akan berbicara apapun sebelum bertemu dengan Tawan, ia tak ingin gegabah mengambil keputusan yang nantinya malah menghancurkan reputasinya. Memang skandal sialan!
Saat sampai di apartemen, Singto sedikit mengernyit ketika mendapati pintu tidak terkunci. Padahal Singto jarang sekali tinggal disana, dan sewaktu pergi Singto selalu menguncinya kembali.
Singto berjalan perlahan masuk ke unitnya, ia tetap waspada takut jika ada pencuri yang masuk di dalam sana. Namun saat sampai di ruang santai, ia melihat seorang pria paruh baya dengan tuxedo hitam dan sepatu yang mengkilat sedang duduk di sofa.
"P-papa." Singto terkejut bukan main melihat papanya kini berada tepat di depannya, "P-papa disini?"
Rod Ruangroj, ayah dari anak semata wayangnya, Prachaya Ruangroj. Selama ini Rod menikmati masa tuanya di negeri Paman Sam, negara yang menyimpan berjuta kenangan dengan mendiang istrinya--mama Singto.
Rod pertama kali bertemu dengan pujaan hatinya itu ketika mereka berdua sedang menimba ilmu di Stanford University. Rod jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis yang memiliki lesung pipi yang sangat manis namun juga memiliki mata setajam elang. Gadis itu berasal dari negara yang sama dengannya sehingga lebih mudah untuk berinteraksi.
Awalnya tak mudah mendapatkan hati mama Singto karena dia sangat tertutup dan dingin. Tapi, seiring berjalannya waktu, Rod sanggup menembus benteng yang di bangun kokoh oleh sang pemilik hati. Hingga akhirnya mereka menjalin kasih dan menikah.
Tapi sayang, sang pencipta terlalu mencintainya hingga mencabut nyawanya lebih dulu. Mama Singto meninggal kala Singto masih remaja. Hal itu sempat meluluh lantahkan kehidupannya, ia tenggelam dalam keterpurukan hingga ia sadar bahwa ada orang yang lebih hancur darinya, yaitu Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Фанфик[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...