Sorot sinar dari balik kaca tembus pandang begitu menyilaukan, mengganggu kenyamanan dalam kesunyian. Pria manis itu meletakkan tangan untuk menghalau cahaya dan perlahan membuka mata.
Senyumnya terpatri kala melihat pria yang masih terlelap sembari menghadapnya. Wajah damai nan tampan terpampang nyata didepannya, seakan memberikan suntikan gembira bagi yang melihatnya.
Krist membelai lembut surai pria yang dicintainya itu, menyisir dari atas hingga ujung kepala. Air muka penuh damba tak lepas dari wajah manisnya, memuji ciptaan Tuhan yang begitu indah.
"Good morning," ujar Singto tanpa membuka mata.
"Apa aku mengganggu tidurmu?"
Singto perlahan membuka mata dan tersenyum, "Kau tidak menggangguku. Aku senang kau mengusap kepalaku dengan lembut disaat kau punya kesempatan untuk membunuhku ketika tidur."
"Kau gila. Semarah apapun aku padamu, aku tidak akan membunuhmu. Aku tidak ingin anak-anakku besar tanpa ayahnya."
"Kau benar, anak-anakku harus tau betapa tampan ayahnya ini, mereka pasti bangga."
Krist mengerutkan pelipisnya, "Siapa yang mengatakan kau tampan?"
"Seluruh dunia mengatakan itu," ujarnya sembari mengedipkan mata.
"Seluruh dunia? Memangnya kau siapa? Ya aku tau kau sangat terkenal di negara ini, tapi Cristiano Ronaldo saja tidak tau jika kau hidup di dunia ini. Bagaimana bisa seluruh dunia mengatakan kau tampan."
Singto mendekat dan berbisik pelan ditelinga Krist, "Karena duniaku adalah kau."
Krist diam membeku, mukanya bersemu merah, jantungnya berdegup dengan kencang. Meski ucapan pria itu terdengar sangat cheesy, tapi mampu membuatnya salah tingkah. Krist langsung menyibakkan selimutnya dan bangkit, namun tangan Singto menghentikannya.
"Kau malu hmm?" Goda Singto.
"Aku tidak," ujarnya berbohong, "Lepaskan tanganku, aku ingin mandi."
Bukan melepaskan, Singto justru duduk dan memeluk tubuh Krist dari belakang, kemudian menyandarkan dagunya pada ceruk yang lebih muda.
"Terima kasih," kata Singto.
"Untuk?"
"Memberikan kesempatan padaku untuk memperbaiki keadaan."
Krist tersenyum, kemudian memegang kedua tangan Singto yang sedang memeluknya. Ia menyandarkan kepalanya diatas kepala Singto dan memejamkan mata. Sekilas menikmati rasa nyaman yang menyelimutinya.
"Apa kita akan seperti ini sepanjang hari? Aku ingin bermain di pantai," ujar Krist.
"Sebentar saja, aku merindukanmu."
Mereka berdua sedang berada di pantai, lebih tepatnya Phuket. Setelah semua yang mereka lalui, Singto memutuskan untuk mengajak Krist berlibur. Ia tau pria manisnya itu membutuhkan waktu untuk menyegarkan pikiran.
Setelah dirasa cukup untuk melampiaskan rindu, mereka berdua bergegas untuk mandi dan sarapan. Krist sangat tidak sabar untuk bermain gulungan ombak yang akan menerpa kakinya.
"Ayo cepat, khun!"
Singto hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum melihat ekspresi bahagia yang terpancar diwajah Krist. Pria manis itu sangat antusias saat melihat pantai yang memiliki sejuta keindahan itu. Bahkan sepertinya Krist lupa bahwa dirinya sedang mengandung 33 minggu.
"Bagus sekali!"
"Kau suka?"
Krist mengangguk dengan antusias, "Aku sangat suka pantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfic[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...