Suara knop pintu ruang kerja yang terbuka membuyarkan fokus Singto pada berkas-berkas yang tengah dipelajarinya. Pria itu mendongak untuk melihat siapa gerangan yang masuk tanpa mengetuk dahulu.
"Singto sayang." Sapanya dengan tersenyum cerah. Singto menghela nafasnya berat, pasti akan ada masalah yang datang bersamaan dengan senyum itu.
"Ada apa kau kemari?"
"Kau tau Sing, foto USG yang aku upload di instagram mendapatkan satu juta lebih like dari penggemar. Wow itu gila sekali!"
Singto melirik wanita itu, "Lalu apa hubungannya dengan kedatanganmu ke kantorku?"
Wanita itu mendekat dan memutar kursi Singto, setelahnya ia duduk dipangkuan sang suami. Nutcha melingkarkan tangannya pada leher Singto dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu.
"Kau tidak merindukanku?"
"Jika kau ingin berbicara omong kosong lebih baik kau pulang saja, aku sedang banyak pekerjaan."
Nutcha mempoutkan bibirnya, "Ayolah, Sing, kita sudah tidak bertemu selama satu bulan, apa kau tidak merindukanku sama sekali?"
Yang ditanya menghela nafasnya kasar, kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang Nutcha. Jika sudah seperti ini, wanita itu pasti ingin dimanja.
"Sing, bagaimana jika kita pergi berlibur? Aku sudah lama sekali tidak pergi ke pantai," ujar Nutcha sembari menatap Singto penuh harap.
"Tidak bisa, pekerjaanku banyak, tidak ada waktu untuk bersantai."
"Kita sudah lama tidak berlibur, penggemarku mulai bertanya-tanya karena aku tidak pernah terlihat foto bersamamu."
Singto mengerutkan kedua alisnya, "Kalau begitu kita foto saja disini, lalu upload di sosial mediamu, selesai, 'kan?"
"Aku ingin di pantai, sekalian kita maternity shoot."
"Maternity shoot hanya untuk orang hamil, sedangkan kau tidak hamil."
Nutcha langsung menarik tangan dari leher Singto dan memukul dada pria itu. Sungguh, suaminya itu membuatnya kesal. Dari dulu Singto memang bukan orang yang romantis, tapi tidak seburuk ini.
"Aku tau, tidak perlu diingatkan. Tapi publik menganggap aku hamil, jadi kita harus melakukan itu untuk lebih menyakinkan mereka."
Singto berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Nutcha. "Kau saja yang mengatur, tapi ingat, Krist juga harus ikut."
"Kenapa dia ikut juga? Aku tidak mau," ujar Nutcha sinis.
Nutcha tau apa saja yang dilakukan Singto untuk Krist, karena ia menyuruh salah satu pelayan untuk memata-matai Krist dan suaminya. Nutcha sangat membenci pria itu, jika saja Krist tidak mengandung anak Singto, mungkin ia sudah mencekiknya dari dulu.
"Karena Krist butuh liburan juga, dia harus dalam kondisi gembira agar bayi di kandungan bertumbuh sehat."
"Membuatnya bahagia tidak harus berlibur bersama kita, 'kan? Aku ingin menikmati waktu bersama suamiku, tidak mau ada orang lain lagi."
Singto semakin mengerutkan dahi, Nutcha tidak terlihat seperti biasanya. Sikapnya terlihat manis seperti awal-awal pernikah mereka dahulu. Ada apa dengannya?
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Lanjut Nutcha.
"Apa kau salah makan tadi pagi? Tidak biasanya kau begitu."
Nutcha menarik bibirnya ke bawah--mempout, "Memang biasanya aku bagaimana?"
"Kau selalu membuatku kesal dan selalu mengajakku untuk bertengkar, tapi kenapa sekarang kau bersikap manis?" Singto mendekatkan wajah untuk menelisik lebih jauh makna yang tersirat dari kemanisan Nutcha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfiction[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...