Langkah besar diambil seorang pria ketika memasuki perusahaan milik Yongwaree Family. Raut wajahnya tak bersahabat, bajunya acak berantakan, dan mata yang tajam menusuk. Ia mengabaikan tatapan dari sekitar yang penuh tanya. Langkahnya terus menyusuri gedung hingga sampai di salah satu ruangan. Tanpa mengetuk, pria itu langsung membuka dengan kasar.
"Apa anda tidak memiliki sopan santun, khun Singto?" Ucap sang pemilik ruangan yang terkejut dengan kedatangan tamu tak di undang.
"Dimana Krist?"
Fah menaikkan satu alisnya, "Maaf, urusan saya dengan anda adalah urusan bisnis, jadi saya hanya akan menjawab pertanyaan yang menyangkut kerja sama kita."
"Sekali lagi saya bertanya, dimana Krist?" Ujar Singto dengan memberikan tekanan pada ucapannya.
Wanita itu berdiri dari duduknya dan menghampiri Singto, "Lagipula apa urusan anda dengan sahabat saya? Bukankah dia hanya asisten istri anda? Dia sudah mendapatkan pekerjaan lain dan saya akan mengirimkan surat pengunduran dirinya."
"Khun Fah, jangan ikut campur urusan orang lain."
"Orang lain? Krist adalah sahabat saya dan dia bukan orang lain."
Amarah Singto meningkat, rahangnya mulai mengeras, tapi sebisa mungkin ia meredamnya. Meski dalam keadaan seperti ini, ia harus tetap menjaga reputasinya.
"Katakan dimana Krist sekarang?"
"Kenapa anda terlihat khawatir padanya, memangnya sepenting itu dia bagi anda?" Ujar Fah yang dapat membungkam mulut Singto. Wanita itu mendekat dan tersenyum miring, "Oh sepertinya tidak, anda hanya mencemaskan anak anda saja, 'kan?"
Mata Singto membelalak, bibirnya terasa keluh, bagaimana bisa mitra kerjanya itu mengetahui sebuah fakta yang disimpan secara rapat? Apakah Krist memberitahukan semuanya pada Fah?
"Mengapa anda terkejut, khun? Saya sudah tau semua yang terjadi diantara kalian. Benar-benar sandiwara yang sangat bagus. Kenapa anda tidak beralih profesi saja sebagai aktor seperti istri anda?"
Singto memandang nyalang wanita cantik itu, "Anda jangan sok tau."
"Anda berpura-pura peduli dengan Krist dan memberikannya perlakuan yang manis hanya untuk kebahagiaannya sesaat sampai anak anda lahir, 'kan? Hm, bukankah berpura-pura adalah pekerjaan seorang aktor?"
"Cukup! Sekarang katakan dimana Krist?"
"Saya tidak akan memberitahukannya pada anda. Krist berhak bahagia atas dirinya, bukan bahagia semu yang anda berikan. Apa anda pernah berpikir bagaimana perasaan Krist? Apa anda pernah berpikir bahwa dia juga manusia yang memiliki hak yang sama untuk bahagia? Dia memang tidak berkelimang harta seperti anda, tapi bukan berarti anda bisa memainkannya sesuka hati."
"Aku tidak pernah mempermainkannya dan aku juga tidak pernah berpura-pura, semua yang aku lakukan adalah nyata. Jika kau tidak tau apapun, lebih baik kau diam."
"Aku tidak akan diam jika kau menyakiti sahabatku. Kau tau, semalaman dia tidak tidur, dia hanya menangis dan menangis. Krist memang bodoh, dia menangisi orang yang tidak punya hati sepertimu."
Singto terdiam mendengar itu, ada rasa sakit seperti tercubit dalam hatinya. Jujur saja, ia tak suka melihat Krist menangis, setiap air mata yang keluar dari mata Krist seakan ikut melukainya. Entah apa yang dirasa, Singto belum pernah merasakan itu.
"Mulai saat ini jangan pernah temui Krist lagi!" Lanjut Fah.
"Biarkan aku bertemu dengannya, aku akan menjelaskan semuanya."
"Tidak. Kau pasti akan menyakitinya lagi. Krist sudah cukup menderita, aku tidak ingin dia semakin tersiksa."
"Dia membutuhkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfiction[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...