Mobil mewah milik Singto berhenti tepat di depan bangunan bertingkat tinggi yang terlihat seperti gedung apartemen. Ia sudah tidak tega melihat tubuh Krist yang lemas dan pucat, sehingga membawa pria manis itu pulang ke apartemennya.
Singto menunduk untuk melihat wajah damai pria yang tertidur dalam pelukannya. Ada perasaan lega dalam dada Singto karena masih sempat menyelamatkan calon bayinya. Andai saja ia datang terlambat, mungkin ia akan menelan pahit kehilangan.
Sejak mengetahui jika Krist mengandung, Singto memperkerjakan seseorang untuk mengawasinya demi keselamatan. Orang itu akan melaporkan semua aktivitas yang dilakukan oleh Krist kepada Singto. Mulai dari pagi hingga malam. Meskipun, orang itu tidak bisa mengetahui apa yang dilakukan Krist didalam rumah, setidaknya jika diluar, Krist tidak dalam bahaya.
Sama halnya seperti tadi pagi, Singto mendapat laporan jika Krist sedang pergi ke suatu tempat yang terlihat asing. Pria itu segera menyuruh seseorang untuk mencari tahu tempat apa yang dikunjungi Krist itu. Ternyata, tempat itu adalah klinik aborsi. Singto marah besar, ia bergegas menelepon polisi untuk menggerebek klinik terkutuk itu.
Singto ingin sekali meluapkan segala amarahnya pada Krist karena berniat membunuh calon penerusnya. Tapi saat bertemu dengannya, Singto melunak. Wajah kesakitan yang ditunjukkan oleh pria manis itu membuat hatinya luluh seketika. Singto tau jelas jika dirinyalah yang membuat Krist menjadi seperti itu.
Singto menggendong tubuh Krist untuk masuk ke dalam apartemennya, ia tak tega membangunkan pria itu, sebisa mungkin Singto membuat gerakan sangat pelan agar tidak mengusik sang empu yang terlelap.
Singto membaringkan tubuh Krist ditempat tidur dan menyelimutinya hingga batas dada. Setelahnya Singto pergi dan membiarkan Krist untuk istirahat.
***
Matahari telah terbenam dan bulan mulai menapaki posisinya. Perlahan pria manis itu membuka mata, menerjap untuk menyesuaikan cahaya terang diatasnya. Krist melihat sekeliling tempat tidur. Asing. Ada dimana dirinya saat ini?
Tubuh yang lemas membatasi ruang geraknya, ia bahkan tak mampu untuk sekedar berjalan mencari tau. Krist mengangkat tubuhnya dan bersadar pada kepala ranjang, kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk keberadaannya.
"Ini dimana? Kenapa tidak ada orang sama sekali?"
Terakhir yang ia ingat adalah berada dalam mobil bersama dengan Singto saat hari masih terang. Tapi, mengapa sekarang dirinya berada disini? Siapa yang membawanya hingga masuk ke dalam kamar ini?
Suara knop pintu terdengar, Krist langsung menaruh atensinya pada pintu berwarna hitam yang perlahan terbuka itu. Seorang pria berdiri disana, pria yang paling tidak ingin Krist temui. Singto.
"Kau sudah bangun?" Tanya Singto sembari meletakkan bungkusan makanan diatas nakas.
"Dimana ini? Kenapa kau membawaku kesini?"
"Apartemenku. Kau terlihat begitu lelah, jika aku bawa ke rumah akan membutuhkan waktu lebih lama, jadi aku membawamu kesini."
"Aku mau pulang."
Krist mencoba bangkit dari ranjang, namun belum melangkah tubuhnya merosot jatuh. Beruntung Singto dengan sigap menangkapnya, sehingga pantatnya tidak sampai menempel lantai.
"Lepaskan aku."
Singto mengabaikannya dan terus membawa tubuh Krist kembali ke ranjang. Pria manis itu tak mampu menolak atau berontak, tak ada tenaga yang tersisa dalam dirinya. Selain efek hamil, perut kosong juga menjadi salah satu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate [SingtoxKrist]
Fanfiction[COMPLETED] Singto Prachaya. Pengusaha sukses yang namanya memasuki deretan orang terkaya di Thailand. Tak sedikit orang memujinya, wajah tampan nan rupawan, harta yang melimpah, dan kehidupan sejahtera. Semuanya terlihat begitu sempurna. Namun, dib...