Selamat membaca.
Gadis itu melenguh pelan. Ia menatap sekeliling nya kemudian memegang kepala nya yang kembali merasa sakit.
"Ana? Udah enakan?" Tanya Bunda memasuki kamar.
"Pusing,"
"Ini minum obat, kamu gausah sekolah dulu ya."
Ana segera meminum obat itu dan setelah itu meletakkan kembali cangkir di samping tempat tidurnya.
"Kamu istirahat lagi aja ya, Na. Bunda mau masak dulu."
Ananta mengangguk tanpa jawaban, Bunda pun langsung pergi meninggalkan Ananta sendirian disana.
Disisi lain, keempat pemuda itu kalut dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang membuka pembicaraan. Lamunan para pemuda itu buyar kala ketiga gadis menghampiri mereka.
"IDAR!" Seru Ayesha menghampiri Haidar.
Haidar tersenyum tipis kemudian menepuk samping tempat duduknya, memberi kode supaya gadis itu duduk di sampingnya. Ayesha mendekat dan langsung duduk disamping Haidar.
Sedangkan kedua temannya memilih ikut duduk di tempat kosong.
"Kenapa sayang?"
"Lo udah makan belum? Gue bawain bekal nih."
Haidar melirik tangan Ayesha, ia tak sadar jika gadis itu membawa satu kotak bekal. Senyumnya mengembang kemudian meraih bekal itu.
"Gue belum makan, pas banget lo bawain bekal."
Haidar dengan cepat membuka bekal itu, kemudian kembali menyerahkannya pada Ayesha.
"Kenapa, gasuka?"
"Suapin." Kekeh Haidar.
Ayesha menghela nafas lega, ia kira lelaki itu tidak menyukainya. Dengan telaten ia menyuapi Haidar, membuat teman-teman nya melirik malas.
"Tumben kalian engga sama Ana?" Ujar Jeano.
"Ana sakit." Jawab Aleana.
"Loh? Bukannya kemaren sore lo jalan sama Ana, Sa? Kok bisa dia tiba-tiba sakit?"
Ketiga gadis itu langsung menoleh kearah Aksara tajam.
"Gue kemaren gak jadi jalan sama Ana, karna mau anterin mama arisan." Ucapnya bohong.
"Oh gue kira gara-gara lo dia sakit, kalo beneran gara-gara lo sih gue bakal ga restuin kalian." Jawab Ayesha.
"Kayak lo emak nya Ana aja, Sha." Sahut Aleana.
"Apa gue terlalu berlebihan, ya?" Batin Aksara.
"Kalian mau jenguk Ana?" Tanya Jeano.
"Iya, pulang sekolah nanti." Jawab Haura.
"Kita ikut boleh?" Jeano bertanya lagi.
Ketiga gadis itu saling melirik kemudian mengangguk, "Boleh kok."
"Lo mau ikut, Sa?" Tanya Naresh.
"E-eh boleh." Jawab Aksara.
"Yaudah, sepulang sekolah kumpul dulu di parkiran, barengan aja."
✧
Parkiran sudah terlihat sepi, mereka berdelapan pun segera memasuki mobil, ada dua mobil yang di pakai, mobil Aksara dan juga Naresh.
Sebelum kerumah Ananta mereka membelikan buah terlebih dahulu, dan setelah itu kembali melanjutkan perjalanan.
Menit berlalu dengan cepat tak disangka kini mereka telah sampai di tujuan. Setelah memarkirkan mobil didepan rumah Ananta mereka langsung menuju ke depan pintu.
"Assalamualaikum, Ana!"
Tak lama munculah seorang gadis berambut sebahu, ia menatap orang-orang itu kebingungan kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Temennya kak Ana, ya?"
"Iya, Ana ada?"
"Ada kok kak Aksa, masuk aja kalian." Sabina mempersilahkan mereka masuk dan menuntun sampai di depan pintu kamar Ananta yang terbuka.
"Kak, ini ada tamu. Masuk aja kalian, tapi jangan berisik."
Ananta yang tengah memakan bubur langsung menoleh, senyumnya mengembang kala melihat teman-temannya, tapi senyum itu langsung pudar ketika ada sosok lelaki yang tak lain adalah, Aksara.
Gama meletakkan kembali bubur itu dan memberikan segelas air kepada Ananta, ia melirik teman-teman Ananta kemudian tersenyum tipis kepada mereka kecuali kepada Aksara. Ia hanya memberikan tatapan sinis pada laki-laki itu.
"Ana, kok bisa sih lo sakit?" Seru Ayesha.
Ketiga gadis itu langsung menghampiri Ananta dengan rewelnya. Ananta hanya tersenyum tipis, sebenarnya ia tidak sakit ia hanya pusing dan itu membuat tenaga nya terkuras banyak.
Terus meladeni teman-temannya sampai-sampai Ananta tak sadar jika para pemuda yang ada di kamarnya tadi sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Teen FictionBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...