Selamat membaca.
Ketiga gadis itu menatap aneh kearah Ayesha, gadis itu tak seperti biasanya. Ia hanya diam sembari menyesap jus mangga yang tadi ia pesan.
"Sha, lo ga lagi sakit kan?" Tanya Haura kemudian menempelkan tangannya ke jidat Ayesha.
Ayesha menepisnya, "Engga anjir! Gue gak sak-" Ucapan Ayesha terhenti kala melihat kekasih dan teman-teman kekasihnya menghampiri meja mereka.
Ayesha kembali terdiam. Ia tak memperdulikan kehadiran Haidar, ia sibuk memakan seblaknya. Ia bukan marah kepada Haidar karna telah mencuri ciuman pertamanya, ia hanya malu kepada teman-teman kekasihnya itu.
"Haidar, lo lagi berantem ya sama dia?" Aleana bertanya dengan tampang polosnya.
Haidar menggeleng cepat, "Engga. Mungkin lagi badmood doang." Ucapnya kemudian mendudukkan diri disamping Ayesha. Ia mengambil alih sendok dari genggaman Ayesha dan menyuapi gadis itu. "Lo kenapa?" Tanya Haidar di sela-sela kegiatan menyuapi kekasihnya.
"Malu gue sama temen-temen lo." Lirihnya terus menatap ke bawah.
"Ngapain malu atuh? Gue lebih suka liat lo banyak tingkah dari pada diem gini." Ucapnya kemudian mengelus pelan rambut Ayesha.
Ayesha mengangkat wajahnya, ia melihat tatapan mengejek teman-teman Haidar ke arahnya. Ayesha menatap tajam kearah keempat pemuda itu, kemudian menarik pelan baju Haidar.
"Temen lo natap gue gitu amat."
"Ini kenapa sih? Kok muka kalian tegang banget."
"Muka kita emang gini kali, Ra."
"Eh katanya ciuman itu enak, bener ga sih, Van?" Tanya Naresh kemudian menyenggol bahu Ervan.
"Kok lo nanya gue sialan!"
"Kan lo pernah ciuman atuhh yakali gue nanya sama babang Jeano dan Aksa,"
"Haidar, enak ga?" Kini Aksara yang bertanya.
"Ciuman apasih?" Ujar Aleana menatap penasaran.
"Kalian ngomongin apa? Gue gapaham."
"Sama, gue juga gapaham, Ra." Sahut Ananta.
"Stt, lo tau mereka ngomong apa?" Tanya Haura menghadap Ayesha.
Ayesha menatap Haidar kemudian kembali melirik temannya, "Gatau."
"Eh Sha, gimana? Bibir nya enak ga?"
Ayesha menghela nafas kemudian berdiri dari tempat duduknya, "Enak, jadi stop banyak omong. Kalo penasaran mending cobain langsung, oke sekian terimakasih." Ayesha kembali duduk dan menikmati seblak nya.
Haidar tersenyum gemas kearah kekasihnya, "Lucu banget sih lo. Jadi, kapan mau ciuman lagi?" Tanya Haidar membuat kericuhan dimeja yang mereka tempati.
Untung saja semua orang pada sibuk dengan kegiatan masing-masing, jadi tak ada yang memperhatikan mereka.
✧
"Cuma gara-gara itu lo jadi mendadak kayak limbad gini, Sha?" Haura menatap heran ke arah Ayesha yang kini memilin bajunya.
"Kok cuma sih? Berati lo udah pernah ya, Ra?" Tanya Aleana.
Haura menggeleng cepat, "Engga, tapi bukan kah itu hal biasa ya?"
"Berati gue boleh nyobain dong? Sama siapa ya? Ucap Aleana membuat ketiga temannya melotot.
"Gaboleh, Lea. Lo masih kecil." Ucap Ananta mengelus pelan tangan sahabatnya.
"Kok gaboleh, Ayesha aja boleh." Ucapnya Tek terima.
"Biarin, lo jangan ikut-ikutan. Dia mah sesat gegara cowok nya." Kekeh Ananta.
"Heh! Ngadi-ngadi lo, Na." Ketus Ayesha.
"Gue ga boong, lo beneran jadi sesat gegara Haidar. Sama pacar-pacar lo yang lain lo gak gini juga kan?"
Ayesha menggeleng cepat, "Engga, serius. Gue sama mereka cuma sebatas jalan bareng sama chatan."
"Eh lo gada niatan mutusin mereka, Sha?" Tanya Haura membuat Ayesha terdiam seakan memikirkan sesuatu.
"Iya sih, kata gue kalo lo beneran nyaman sama Haidar mendingan cowok-cowok lo putusin aja." Sahut Ananta.
"Gue setuju." Sambung Aleana yang sedari tadi hanya menyimak.
"Nanti gue pikirin deh." Jawab Ayesha. Dan setelah itu pembicaraan mereka kembali berlangsung hingga bel pulang sekolah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Fiksi RemajaBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...