Selamat membaca.
Ananta menyampurkan dua jenis cat kemudian mulai melukis nya di kanvas yang sudah ia bawa tadi pagi. Ia melukis santai sembari mendengarkan musik dari handphone nya.
"Melukis lagi?"
Ananta menoleh, ia menemukan sosok Aksara yang tengah membawa satu kotak bekal.
"Seperti yang lo liat."
"Gue boleh duduk disini? Mau makan, soalnya di kantin penuh."
Ananta menggangguk, "Duduk aja asal lo gak ganggu gue ngelukis."
Aksara mulai mendudukkan punggung nya di samping Ananta, ia membuka kotak bekalnya dan langsung memakannya. Sesekali ia melirik Ananta yang tampak fokus dengan lukisan di tangannya.
"Sejak kapan lo suka melukis?" Tanya Aksara memulai topik pembicaraan.
"Sejak SD."
"Berati udah lama banget, pantes lukisan lo pada bagus."
Ananta hanya berdehem sebagai jawaban. Ia terus melukis tanpa menghiraukan pertanyaan yang kembali muncul dari mulut Aksara.
"Lo mau?" Tawar Aksara menunjukkan bekalnya.
Ananta menatap bekal itu intens, ia menunjuk lauk itu dan bertanya, "Itu apaan? Kok bentuknya love."
"Kata bunda itu martabak mie, tapi di bentuk love karna bunda sayang sama gue."
Ananta terdiam, ia jadi teringat bekal yang kemarin bundanya buatkan. Apa bekal itu beneran di makan oleh Sabina? Atau malah sebaliknya?
Aksara menyendok nasi dan lauk dan mengarahkan nya kepada Ananta, "Buka mulut, gue suapin. Tenang masakan bundahara enak, engga bakal buat lo sakit perut."
Ananta menerima suapan itu, "Enak."
Aksara tersenyum tipis kemudian melanjutkan makan sembari sesekali menyuapi Ananta. Bahkan mereka berdua tak sadar jika makan di satu sendok.
Jeano: Ada jadwal nge-band nanti malem, bisa kan lo?
Aksara menutup kotak bekalnya yang sudah habis tak tersisa, ia meneguk air perlahan dan kembali melirik gadis di depannya.
"Gue nanti malem ada jadwal nge-band."
"Terus?"
"Cuma kasih tau, kali aja lo mau liat."
"Dimana?"
✧
"Tumben lo ajak kita kesini, Na."
"Gue penasaran sama penampilan Aksara, jadi gue liat, ga enak kalo sendiri makanya ajak kalian."
"Palingan mau liat ayangnya itu mah." Ujar Haura.
"Ck, engga! Gue cuma mau liat doang."
Menikmati tiap alunan musik yang dinyanyikan oleh Aksara sembari terus memandang kearah depan. Penampilan Aksara telah selesai, mereka turun dari atas panggung dan langsung menghampiri kelima gadis itu.
"Datang juga lo."
"Diajak Haura, gue aturan males banget kesini."
Haura yang namanya disebut sebagai kambing hitam menggeram, eh dia diajak bukan mengajak!
"Lo bilang penasaran sama penampilan Aksa makanya ajak kita liat, tapi Haura juga antusias si kesini kan mau liat cal-akh sakit!" Ucapan Aleana terhenti kala Haura membekap mulutnya.
Aleana menyingkirkan tangan Haura terus menatap Haura tajam, "Ck apasi Ra! Orang belum selesai ngomong."
"Eh yang namanya Naresh yang mana?"
Haura menepuk jidatnya, kenapa teman-temannya tidak bisa diam? Jujur ia menyesal telah memberi tahu temannya.
"Gue, kenapa?" Balas sosok itu, yang tak lain dan tak benar adalah Naresh.
"Pantes Haura demen orang ganteng," Bisik Aleana kepada kedua temannya.
"Kayaknya gue juga suka sama yang ini." Tunjuk Ayesha kearah Haidar.
Haidar tersenyum sombong kearah temannya, "Liat cewek gue nambah, bro!"
"Jangan mau, dia playboy. Ceweknya banyak," Jeano membuka suara.
"Cocok loh Sha sama lo, kan cowok lo banyak juga." Ujar Aleana.
Ayesha menyunggingkan senyumnya, "Pemain ketemu pemain, tidak buruk."
"Mana WhatsApp lo," Pinta Haidar.
Ayesha dengan senang hati memberikan nya. Ia tersenyum puas karna list pacarnya bertambah satu.
"Naresh ganteng ya, pantes Haura demen." Ujar Aleana sembari menatap Naresh kagum.
"HEH! MULUT LO GABISA DIEM!" Kompak ketiganya menatap Aleana geram.
"Malu-maluin serius." Ujar Haura. Haura menatap kedua temannya sendu, "Kalo Naresh ilfeel sama gue gimana?"
Sedangkan Naresh tersenyum kecil, ia mendengar semua perdebatan keempat gadis didepannya. Ia melirik Haura sejenak kemudian berdehem pelan.
"Haura lo balik sama siapa?"
Teman-temannya Haura menyadarkan lamunannya, "Lo di tanyain tuh balik sama siapa."
"G-gue pesan taksi." Gugup Haura.
"Pulang sama gue aja." Naresh langsung menarik Haura menuju kearah motornya.
"Lea, nyokap lo udah nyemput tuh!" Ujar Haura.
"Gue balik duluan, see u besok guys!"
"Ana lo mau bareng gue?" Tawar Ayesha.
Ananta menggeleng cepat, "Gak usah, Sha. Gama udah otw jemput gue," Ucapnya.
"Oh yaudah, gue temenin lo disini selagi nunggu kak Gama."
Tak lama menunggu kini Gama datang, Gama menghampiri Ananta dan menyapa Ayesha.
"Ayesha, apa kabar?"
"Baik kak, yaudah kak gue balik dulu, anterin sampe rumah jangan mampir-mampir udah malem. See u kak Gama, Ana dan kalian berempat!"
Gama tak sadar jika ada sosok lain selain Ana dan Ayesha, ia menoleh kearah keempat pemuda itu kemudian tersenyum tipis.
"Gue duluan bro!" Ucap Gama kemudian meninggalkan tempat itu di ikuti Ananta.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Novela JuvenilBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...