Selamat membaca.
Minggu pagi ini Ananta memutuskan untuk take a walk alone sekaligus ingin meredakan pikiran karna dua minggu lagi ujian. Ia tidak mau pas ujian nanti banyak pikiran, setidaknya jika jalan-jalan sendiri sekaligus self-healing pikirannya akan sedikit membaik.
Ia telah siap dengan pakaian simple nya. Mengoleskan sedikit liptint agar bibirnya tidak terlalu pucat dan langsung bergegas pergi. Untungnya Sabina lagi tidak ada dirumah, jadi gadis itu tidak banyak tanya.
Danau Situ Cipanunjang, tempat yang akan ia kunjungi hari ini. Terletak di desa Pulosarim, kecamatan Pangalengan, kabupaten Bandung. Ia akan menempuh jarak sekitar 46-48 km, 1 jam 40 menitan.
Ananta akan pergi menggunakan mobil miliknya, sudah lama ia tak menggunakan mobil tersebut. Terakhir kali ia gunakan mungkin awal kelas 12.
Selama diperjalanan Ananta tampak fokus dengan jalan didepannya, sembari bernyanyi kecil mengikuti alunan lagu yang sedang ia putar.
Ananta melirik maps kemudian kembali fokus kejalan. Ia akan membeli beberapa camilan terlebih dahulu, ia pun langsung memarkirkan mobil karna melihat Indoapril.
Usai membeli camilan, Ananta kembali melanjutkan perjalanan dengan santai hingga tibalah ia ditempat tujuannya.
✧
Ananta membentang tikar kemudian langsung menyusun jajanannya di keranjang kecil yang sengaja ia bawa tadi.
Setelah semua selesai ia kembali memutar lagu sembari memakan camilan. Ananta sangat antusias karna sudah lama tak jalan-jalan sendiri seperti ini.
Tapi, tiba-tiba air matanya menetes. Ia teringat kepada kekasihnya. Ananta ingin kembali merasakan duduk berdua bersama Ezra lagi. Ia sangat merindukan pelukan hangat sekaligus sosok Ezra yang sangat menyayangi dirinya.
Tanpa disadari sosok pemuda yang sedari tadi mengikuti Ananta ikut menangis. Ia ingin sekali memeluk erat gadis itu, dan menceritakan semuanya. Tapi, ada sesuatu problem yang membuat ia tak bisa melakukan itu semua. Jadi, yang ia lakukan hanya mengawasi gadisnya dari kejauhan.
"Kalo lo kangen kesana aja." Ujar Gama yang tiba-tiba datang menghampiri Ezra.
"Gue masih bimbang, Gam. Gue takut,"
"Ayah lo gada disini, gapapa kesana aja."
"Tapi kalo ayah tau gimana? Gue takut dia malah jahatin Ana dan buat gue jauh lagi sama Ana." Lirihnya.
"Ayah lo gada disini, Ezra. Lagian dia lagi ada kerjaan di luar kota. Udah sana, gue tau lo kangen sama Ana. Ceritain semuanya, semua hal yang lo sembunyiin dari dia selama ini. Lo punya banyak waktu, gue bakalan tunggu disini."
"Gue bakalan ke sana, Gam. Tapi ayah gabakal tau kan?"
"Iya, lo tenang aja. Ayah lo gabakal tau. Udah sana." Usirnya.
"Bisa minta tolong beliin dulu bunga Aster?"
"Tunggu sebentar."
✧
"Lo ga beneran suka kan sama, Ana?"
Aksara tak menjawab, ia tetap fokus bermain game lewat handphone nya.
"Kalo beneran ga suka, mau gue gebet." Pancing Ervan.
Aksara mengepalkan tangannya, "Berani lo?" Sinisnya.
"Ngapain takut?"
"Anjing!" Umpat Aksara.
"Kata nya cuma penasaran, kok malah jadi suka beneran sih." Sindir Naresh.
"Kena karma itu." Jawab Haidar.
"Jadi, lo beneran naksir Ana, Sa?"
"Kalo iya kenapa dan kalo engga kenapa?"
"Gapapa, cuma mau tau aja."
"Ya, gue suka dia. Puas lo pada?"
"Banyak loh yang naksir Ana, tapi diem-diem. Karna selama ini Ana engga pernah menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis."
"Hah, maksut lo Ana lesbi?" Kaget Haidar.
Jeano penepuk pelan jidatnya, "Engga gitu goblok. Ana engga menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis ya karna dia diem-diem udah punya pacar. Lo lupa dia punya pacar? Tapi dikit sih yang tau kalo Ana punya pacar."
"Nah lo, Sa, masih mau nikung orang?"
"Kenapa engga?" Jawab Aksara sombong. "Lagian saingan gue udah mati." Sambungnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Ficção AdolescenteBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...