Selamat membaca.
"Sialan, ternyata lo yang bawa pulang lukisan gue? Kenapa lo ga bilang anjing!"
Ananta menjewer telinga pemuda didepannya, pemuda itu meringkis kesakitan dan segera meminta maaf.
"Aduh awss sakit cill, lagian lo sih taro lukisan sembarangan, makanya gue ambil."
"Jewer aja nak, lagian kamu sih Ar pake acara maling-maling segala." Sambar Mami Arsen yang tiba-tiba datang sembari membawa minuman.
"Aku kan gatau, Mii! Aku kira paperbag itu isi nya sampah. Tadinya mau aku buang, tapi lupa. Jadi kebawa deh kerumah."
"Nah, berati lo yang ceroboh, Na. Masih untung yang ambil Arsen, kalo engga mungkin lukisan lo ga balik." Ucap Aksara.
Aksara lah yang menemani Ananta kerumah Arsen untuk mengambil lukisan Ananta yang hilang beberapa jam lalu.
Flashback
"Loh jadi Ana nangis karna lukisannya ilang?" Ucap Ayesha.
Aksara mengangguk, "Iya bener. Kalian liat engga siapa yang bawa lukisan itu? Kayaknya Ana sayang banget sama lukisannya."
"Gue engga tau, Sa, soalnya gue ketemu Ana kan cuma pas di kantin tadi doang. Gue aja gatau kalo dia ngelukis."
"Nah, sama. Gue juga gatau."
"Pas Lo sama Ana dateng tadi Ana bawa paperbag dan gue liat dia taro di bawah meja kantin. Nah, firasat gue tuh paperbag kebawa oleh cowok yang tadi! Soalnya tadi pas dia keluar kantin sama Ana gue liat dia bawa paperbag, tapi gatau itu punya Ana apa bukan."
"Bukan deh kayaknya, lagian masa Ana ga nyadar kalo cowok tadi bawa paperbag nya? Padahal kan jalan barengan." Sahut Ayesha.
"Coba liat dulu, kan kita gatau, Sha. Kali aja beneran, cuma Ana emang ga nyadar."
"Yaudah, gue sama Ana bakalan kerumah cowok tadi. Makasih ya infonya, gue mau ke Ana lagi."
Flashback off
"Gue lupa, Sa. Sorry ya, bang."
"Hm, santai."
"Maaf ya Tante karna udah jewer anak kalian." Ujar Ananta merasa bersalah.
"Gapapa kok, Nak. Lagian Arsen memang salah. Tapi, kamu lain kali jangan ceroboh lagi ya."
"Iya Tante, maaf sekali lagi. Kita mau pulang dulu ya, soalnya udah sore."
"Hati-hati ya, Nak."
"Hati-hati cill!"
✧
"Seneng banget kayaknya lukisan itu ketemu." Aksara melirik Ananta yang tampak tersenyum lebar.
"Yaiyalah seneng! Bdw, makasih ya, Sa." Ucap Ananta tulus.
"Lo harusnya kasih gue sesuatu karna udah temuin lukisan lo."
"Jadi, lo ga ikhlas nih bantuin gue?" Ananta menunduk sedih.
"Bukan ga ikhlas. Tapi, gue cuma mau imbalan."
Ananta terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan. "Lo mau apa?" Sebenarnya Ananta sedikit was-was takut permintaan Aksara aneh.
"Cium gue." Pinta Aksara.
Ananta menyernyit, "Hah? Cium lo?" Ucap Ananta dengan muka serius.
Aksara tertawa pelan, "Becanda, Na. Gue cuma mau lo gambarin."
"Oh, jadi lo mau gue gambar? Boleh, mau kapan?"
"Kapan lo bisa?"
"Besok bisa."
"Oke, gue jemput besok."
"Pas pulang sekolah kan?"
"Besok bolos aja, engga denda kok."
"Beneran?"
"Iya, bener."
"Oke deh, sesekali gapapa. Jadi, besok tuh pagi?"
"Iya pagi, cantik."
Ananta mengangguk cepat kemudian tersenyum tipis kearah Aksara. "Tapi jangan kepagian ya, gue ada kerjaan soalnya. Sekitar pukul 10 aja."
"Iya. Besok biar gue yang tentuin sendiri dimana lo harus melukis gue."
"Setelah melukis kita jalan yuk? Gue udah lama engga keliling Bandung." Ananta menyengir kuda.
"Waktu itu?"
"Kan waktu itu cuma keliling sekitaran Braga, sesekali tempat lain kek."
"Yaudah, besok kita jalan-jalan."
Ananta mengangguk antusias, "Asik, jalan-jalan!" Seru nya.
Aksara yang melihat itu tersenyum tipis, ia sungguh menyukai sifat Ananta yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Teen FictionBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...