Aksananta 16 ✯ Langit

5.9K 496 2
                                    

Selamat membaca.

Senyum Haidar mengembangkan kala melihat kekasihnya mendekatinya. Ia langsung berhenti bermain basket dan menghampiri Ayesha.

"Sayang?"

"Apa?" Jawab Ayesha melirik Haidar.

Haidar menyengir kuda kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Lo cantik banget."

"Kalo gue ga cantik lo juga mana mau sama gue."

"Kalo gue ga ganteng juga pasti lo gamau sama gue." Ucap Haidar.

"Bener banget!"

"Sini cantik, rambut nya gue kepang." Haidar menarik pelan tangan lembut Ayesha dan membawanya duduk di tepi lapangan.

Setelah itu benar saja seperti yang di katakan oleh Haidar, ia benar-benar mengepang rambut Ayesha. Ayesha hanya menikmati tiap gerak-gerik yang di lakukan oleh kekasihnya tanpa bertanya.

Ia sama sekali tak khawatir jika tiba-tiba pacar nya melabraknya, karna memang Ayesha banyak pacar di luar sekolah atau beda sekolah dari nya, yang satu sekolah hanya Haidar.

Begitupun pacar Haidar, pacar Haidar kebanyakan seorang mahasiswa atau anak SMP, jadi bisa dibilang disini juga tidak ada pacar Haidar kecuali, Ayesha.

Teman-teman Haidar dan Ayesha hanya menghela nafas, mereka sungguh kesal melihat sepasang kekasih itu yang tak pernah berhenti menebarkan keromantisan.

"Ra, ayo gue ajarin main basket." Ucap Naresh sebelum akhirnya mengambil bola basket yang tergeletak di lapangan.

Haura dan Naresh mulai bermain dengan lincah, mereka sama-sama jago dalam bermain basket.

"Ana, lo udah sehat?" Tanya Jeano membuka pembicaraan.

"Alhamdulillah, sehat kok."

"Bagus deh, gue seneng lo udah sehat."

"Lea, lo gamau ikut main basket sama rombongan Sena?"

"Gak ah, males."

"Ana, gimana cokelat gue, enakkan?"

"Ana itu alergi cokelat." Bukan Ananta yang menjawab melainkan Aleana.

"Ah, sorry gue gatau lo alergi cokelat."

"Santai."

"Lo suka nya apa?"

"Suka gue." Sambar Jeano dengan santainya.

Ananta tertawa pelan mendengar penuturan Jeano, ia kemudian mencubit bahu pemuda itu.

"Ga waras ya, Jean?" Ucap Aleana menatap dengan tatapan polos kearah Jeano.

Jeano mendengus kesal, "Lo yang gak waras!"

"Ana tuh suka nya semua hal yang berhubungan sama langit." Aleana menatap kearah langit kemudian tersenyum tipis.

"Yap! Lea bener, jadi kalo lo mau bikin gue seneng tinggal ajak gue ke langit."

Mereka semua terdiam, entah kenapa mereka seperti salah mengartikan ucapan Ananta.

"Kok kalian diem? Maksud gue tuh kalo kalian mau bikin gue seneng tinggal ajak gue ke langit pake balon udara."

"Oh gitu, gue kira lo mau mati." Ucap Ervan.

Tawa Ananta pecah saat itu juga, "Ngasal banget lo, yakali!"

"Nanti kalo ada waktu gue bakalan temenin lo liat langit dari apartemen gue, karna langit di sore hari kalo di liat dari balkon indah banget." Ucap Aksara.

"OKE!" Ucap Ananta semangat. Setelah itu mereka kembali melanjutkan obrolan hingga jam olahraga selesai.

Ananta merebahkan tubuhnya dikasur setelah selesai mandi, ia terdiam sejenak kemudian melirik jam dinding di kamar nya.

Kini baru menunjukkan pukul 15:43, ia akan pergi bersama dengan Gama sebentar lagi. Ia dan Gama akan pergi ke pantai untuk menikmati matahari tenggelam atau biasa disebut sunset.

"KAK ADA KAK GAMA!" Teriak Sabina dari luar kamar nya.

Ananta terkejut, ia belum siap-siap sama sekali. Kemudian dengan cepat ia siap-siap dan langsung menghampiri Gama.

"Kok cepet banget sih? Kan katanya jam empat setengah!" Ketus Ananta.

"Gapapa, biar bisa jalan dulu."

"Ck, yaudah ayo!"

"Sabina, gue ijin bawa kakak lo ya, pulang nya agak malam tapi tenang aja ga bakal lecet." Ucap Gama melirik Sabina yang berdiri di dekat tangga.

Sabina hanya mengangguk pelan kemudian kembali ke kamarnya untuk mengerjakan tugas sekolah.

AKSANANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang