Selamat membaca.
"KAK! LO BISA GAK SIH SEKALI AJA DENGERIN KATA GUE?"
Tak ada sahutan dari mulut Ananta, gadis itu hanya diam menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.
Sabina menghela nafas, "Lo harus minum obat." Ujar Sabina kemudian mengambil beberapa butir obat.
Ananta mengambil gelas dan pil tersebut dengan lemas kemudian meminumnya. Ia menyerahkan kembali gelas yang berisi air putih itu dan menarik selimutnya.
"Setidaknya lo harus inget hal-hal kecil yang belum lo gapai, kak." Lirih Sabina sembari menatap Ananta yang sudah tertidur pulas.
Ia menghampiri kasur Ananta dan mengusap kepala kakaknya, "Lo harus sembuh, kak." Ucapnya kemudian segera meninggalkan kamar Ananta.
✧
Ananta membuka matanya kala sinar matahari menerobos masuk kedalam kamarnya, ia menghela nafas panjang kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri, ia kembali ke kasur. Tangannya terulur mengambil laptop yang berada tepat disamping tempat tidurnya dan mencari film untuk menaikkan mood nya yang sudah rusak sejak semalam.
Ia tersenyum tipis usai melihat ending film tersebut. Ia melirik jam, kini sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Ceklek! Pintu kamar terbuka menampilkan Sabina yang kini berjalan mendekatinya sembari membawa piring dan segelas air.
"Sarapan dulu, kak. Maaf gue kesiangan, soalnya baru bangun."
Ananta meneliti penampilan acak-acakan Sabina, ia sudah menebak jika gadis itu juga belum sarapan.
"Mau gue suapin, kak?"
"Gue ga sakit." Ketus Ananta.
"Yaudah, lo makan tapi. Abisin, terus minum obat."
"Iya."
"Kalo lo ga minum obat, gue gabakal izinin lo pergi selama sebulan." Ujarnya mengancam.
"Iya, gue minum."
Sabina mengambil obat Ananta dan menaruhnya di meja samping tempat tidur Ananta. "Ini obatnya."
Usai kepergian Sabina, Ananta segera makan sarapan yang telah dibawakan oleh Sabina. Setelah itu ia meminum beberapa butir obat dan kembali menaruhnya di nakas.
Ananta menghela nafas, entah kenapa akhir-akhir ini badannya sering drop. Seminggu setelah ia jalan bersama dengan Aksara, badannya jadi sering lemas.
Kemarin, ia berniat untuk mengambil cemilan di dapur. Belum sampai dapur, ia malah pingsan. Hal itu membuat Sabina mengomel habis-habisan. Untung kedua orangtuanya tak ada dirumah.
"Eja, aku mau cerita semuanya ke kamu." Lirihnya.
✧
Terhitung sudah seminggu Ananta tidak masuk ke sekolah karna kondisi nya semakin memburuk. Teman-temannya dua hari lalu telah datang berkunjung untuk menjenguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Teen FictionBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...