Selamat membaca.
Setelah satu minggu tidak masuk kesekolah, kini sekolah kembali di buka. Pihak sekolah sudah mengabarkan bahwa ujian akan di undur satu minggu lagi, dan selama satu minggu ini mereka di haruskan tetap datang kesekolah.
Suasana di koridor tampak berisik karna memang semua kelas tak ada yang di masuki guru, jadi hampir semua murid berada di luar kelas.
Ananta dan teman-temannya sudah terpisah semua, Aleana menemui kekasihnya begitupun Ayesha. Sedangkan Haura gadis itu berada di kantin bersama Naresh.
Ananta berada di taman belakang sekolah di temani oleh Aksara. Ananta sibuk melukis sedangkan Aksara sibuk berbicara bahkan bertanya kepada Ananta.
"Lucu banget, pasti nih orang lagi pelukan sama pacarnya di danau, eh tapi ini danau apa pantai sih?" Ucap Aksara.
"Danau."
"Lo dapat referensi dari mana?"
"Dari gue sendiri." Kekeh Ananta.
"Hah, maksudnya?"
"Ini gue sama pacar gue lagi cerita di danau." Ucapnya menjelaskan.
"Oh gitu." Ucap Aksara, Ananta hanya berdehem sebagai jawaban.
Ananta membereskan alat lukisnya dan menatap lukisan itu dengan senyum yang mengembang. Terus-menerus ia memuji hasil lukisannya yang sangat indah.
Ananta menoleh ke arah Aksara yang tampak menopang dagu, ia menoel lengan Aksara pelan. "Kenapa melamun?"
"Eh, engga melamun kok." Jawab Aksara.
Ananta mengangguk kemudian beranjak dari tempat duduknya, ia menggandengnya tangan Aksara dan langsung mengajaknya pergi dari taman.
Aksara hanya mengikuti langkah kaki Ananta, ia seperti bocah yang tengah di seret oleh ibu nya. Tapi disisi lain Aksara tersenyum kecil atas tingkah Ananta.
✧
"Buset, lo udah berani ya sekarang pegang-pegang tangan orang." Ujar Haura ketika melihat Ananta sudah memasuki kantin bersama Aksara.
Ananta menyengir kuda, "Hehe, replek doang. Maaf ya, Sa."
"Gapapa, Na."
"Malah Aksa suka Na kalo lo pegang-pegang." Ucap Naresh.
Ananta tertawa pelan sembari melirik Aksara, "Apa iya, Sa?"
Aksara menggaruk kepalanya, "Ya gitu lah."
"Ini kak Ana nya kak, aku pergi dulu ya." Gadis berkepang dua itu pun langsung pergi meninggalkan sosok pemuda yang kini berdiri tegak di dekat meja kantin.
"Halo cill!"
Ananta menatam tajam ke arah pemuda itu, "Lo kenapa bisa masuk sini?" Sinisnya.
Arsen menyengir, "Bisalah, cuma masuk ke sini doang mah gampang."
"Mau ngapain lo?"
"Ya mau kembali menikmati masa-masa SMA doang sih, ah iya, gue mau kasih tau sesuatu juga."
Ananta melirik teman-temannya yang tampak kebingungan, "Oh iya, lo makan aja dulu, nanti aja ngomongnya."
"Siap cill!" Ujar Arsen sembari mengacak-acak rambut Ananta.
Aksara yang melihat itu mengepalkan tangannya, ingin sekali ia meninju sosok pemuda didepannya, tapi niatnya ia urungkan.
"Ini pacar lo, Na?" Tanya Haura.
"Bukan."
"Adek gue." Jawab Arsen.
"Bukan nya Ana gapunya Abang?"
"Adek angkat gue, bukan kandung."
"Oh, jadi Ana anak angkat orang tua lo?"
"Bisa di bilang begitu."
"Tapi, lo ga naksir kan sama Ana?" Tanya Naresh penuh selidik.
Arsen tertawa pelan, "Engga, kenapa emang kalo gue naksir Ana, salah?"
"Salah! Karna Ana adek lo, walaupun cuma adek angkat." Bantah Aksara.
"Santai, ambil aja si Ana, gue ga minat."
"Awas lo kepincut pesona Ana!"
"Sembarangan, ga bakal. Gue jamin."
"Aneh lo pada, ngomongin orang depan orangnya." Ketus Ananta.
"Biar engga munafik, Na." Kekeh Haura.
"Bodo deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
أدب المراهقينBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...